Jangan lupa vote sebelum membaca
💛Happy reading💛
.
.
.Terkadang air mata adalah bahasa diam dari sebuah kesedihan~ Marsha aruni.
Saat Marsha memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, ada sesuatu barang yang tidak ada di dalam tas kreamnya. Seketika Marsha menjadi panik dan terus mencari-cari barang tersebut.
"Buku diary gue kemana," panik Marsha, dengan mengeluarkan semua bukunya ke atas meja, tapi tidak ada juga. Untung kelas sudah mulai sepi, hanya ada beberapa orang saja yang berada disini.
"Apa jangan-jangan buku gue kebawa pas tadi ke perpustakaan." Marsha segera memasukkan semua bukunya kembali ke dalam tasnya.
Marsha menelusuri koridor dengan langkah yang tergesa-gesa, ia tidak mau ada seseorang yang menemukan bukunya. Tidak mau!
Koko yang tadi sempat mau menemui Dion ke kelasnya untuk menanyakan sesuatu pun, mengurungkan niatnya kala melihat Marsha sedang berjalan di koridor bawah dengan langkah yang tergesa-gesa.
"Sha, lo mau kemana?" tanya Koko yang berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Marsha.
"Perpustakaan, buku gue ketinggalan disana."
"Gue temenin ya."
Marsha tidak menjawab, sekarang ia sangat fokus tentang bukunya yang ketinggalan saja, tidak ada yang lain. Saat Marsha hendak ingin sampai ke perpustakaan, tiba-tiba jantungnya kembali berdetak lebih cepat lagi seperti kemarin-kemarin.
Ahh, kenapa waktunya nggak pas si batin Marsha.
Marsha merosot ke lantai dengan tangan yang terus memegangi dadanya. Marsha tidak kuat lagi, ini sangat sakit sekali rasanya. Koko melihat Marsha yang tiba-tiba meringsut ke bawah lantai menjadi panik.
"Lo kenapa Sha?" tnya Koko panik ketika melihat raut wajah Marsha yang merasa sangat kesakitan.
"Ko, to ... long ban ... tu gue ke pe ... r ... pus," ucap Marsha dengan deru nafas yang tersengal-senggal.
"Tapi kea- "
"Cepetan Kok!" titah Marsha yang mulai menahan sakitnya.
Koko mulai mengalungkan lengan Marsha ke pundaknya, dan mencoba membantu Marsha berdiri. Jantung Koko terus saja bersuara dag dig dug ketika membantu Marsha dengan jarak sedekat ini. Jujur Koko sangat suka dengan ini. Tapi ia juga tidak suka ketika Marsha terlihat kesakitan seperti ini.
Tiba-tiba kepala Marsha menjadi pusing di pertengahan jalan, di tambah jantungnya yang masih belum juga kembali normal.
Dan...Bruk...
Marsha jatuh di lantai begitu saja, Koko yang tadi membopong Marsha sedikit oleng ketika tangannya tiba-tiba terlepas dari pundak Marsha. Koko menjadi panik setengah mati, ia melihat raut wajah Marsha yang begitu kesakitan dalam pingsannya. Ada sedikit rasa iba kepada Marsha. Cepat-cepat Koko menggendong Marsha menuju mobilnya ke parkiran.
Drzt... drztt...
Ponsel Koko bergetar, lantas ia langsung mengambil ponselnya yang berada di saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Teen Fiction"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...