Happy reading
Banyak dari kita percaya bahwa ketika kita memberi cinta, kita mendapatkan cinta itu kembali. Tetapi terkadang itu hanya ilusi dari apa yang kita berikan kepada mereka~ Marsha.
Malam pun tiba setelah menunaikan sholat magrib dan sholat isya, Marsha pun membereskan buku-buku sekolahnya untuk hari esok dan mengerjakan pr yang belum ia kerjakan."Non Marsha," panggil bi Jumi seraya membawa nampan makanan dan susu coklat kesukaannya.
"Masuk bu," ucap Marsha mempersilahkan, saat melihat bi Jumi masih saja berdiri di depan pintu.
Setelah mendapat izin bi Jumi pun melangkah maju dan menaruh makanan dan susunya diatas nakas.
"Non Marsha, kenapa nggak turun kebawah buat makan?" tanya bi Jumi yang tak melihat Marsha selalu makan malam di ruang makan.
"Percuma bu makan malam, kalau yang lainnya nggak mau makan malam sama Marsha," lirih Marsha saat melihat mamah dan kakaknya selalu pergi keluar untuk makan malam, tanpa mengajaknya sama sekali.
Bi Jumi menatap sendu, mengelus punggung Marsha berusaha untuk menguatkannya.
"Kan ada bi Jumi non, kalau non Marsha mau makan malam dibawah nanti bi Jumi temenin."
"Iya bu, ibu yang selalu ada untuk aku."
"Mamah non juga ada buat non Marsha selalu, percaya deh non setiap ibu itu akan selalu menyayangi anaknya sepanjang masa."
Marsha hanya mengangguk kecil, menatap kembali buku-buku pelajarannya.
"Nanti kalau udah makannya, langsung minum obat terus istirahat jangan belajar sampai kemalaman non, inget jaga kesehatan non Marsha juga," ucap bi Jumi mengambil nampannya kembali dan beranjak pergi dari sana.
Saat bi Jumi sudah pergi, Marsha menatap bi Jumi dari belakang.
"Kenapa ibu yang selalu ada untuk aku, kenapa mamah sama kak Salsa nggak pernah mau sayang sama aku. Aku kira mamah udah berubah, tapi nyatanya nggak sama aja," isak Marsha menghapus beberapa bulir air matanya yang sudah jatuh.
Semakin ia mengingat perlakuan mamahnya, semakin sakit juga yang ia rasakan saat mamahnya sendiri selalu menyayangi kak Salsa, sedangkan dirinya sendiri seperti buku lama yang ditinggalkan. Marsha nggak iri sama kak Salsa, Marsha malah senang kalau mamah menyayangi kak Salsa. Tapi sedikit saja mamahnya juga mengerti kalau dia juga mempunyai dua putri yang harus disayangi, bukan satu putri yang disayangi dan satu putrinya terluka.
Bi Jumi yang sepenuhnya belum pergi dari kamar membalikkan tubuhnya melihat Marsha merenung dengan kesedihannya disana, bi Jumi sudah tahu bahwa Marsha akan sakit hati jika melihat mamahnya selalu pergi dengan kakaknya tanpa mengajaknya.
Apalagi dengan keadaan Marsha yang sekarang, membuat hati bi Jumi merasa sakit dan teriris, bi Jumi tidak ingin kehilangan Marsha selama-lamanya.
🌼🌼🌼
Dion menaruh tasnya asal, membaringkan tubuhnya di sofa panjang seraya mengambil ponselnya di kantong celana.
"Den, mau minum?" tawar bi Jeti asisten Dion.
"Nggak usah bi, nanti aku ambil sendiri aja," jawabnya.
"Den Dion abis nengokin keadaan pak bos ya, kaya capek gituh mukanya," ucap bi Jeti meneliti wajah Dion yang terlihat sangat lelah.
Dion hanya tersenyum tipis, "iya bi."
"Terus gimana den, keadaan pak bos?" tanya bi Jumi lagi, membuat Dion yang ingin membuka ponselnya terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Novela Juvenil"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...