Jangan lupa vote sebelum membaca
💛Happy reading💛
.
.
.Salat adalah obat bagi jiwa yang hampa, pikiran yang bimbang, dan hati yang terluka~ Dion adistriawan.
"Assalaamu'alaikum wa rahmatullah,"
"Assalaamu'alaikum wa rahmatullah," ucap Dion seraya memalingkan wajahnya ke kiri.
Setelah selesai sholat, Dion segera berdoa untuk di beri kesehatan, umur panjang dan kebahagiaan selalu untuk keluarganya. Setelah itu ia segera melepas pecinya dan melipat sajadahnya menjadi empat bagian dan memasukkanya ke dalam lemari. Dion sangat suka mengaji terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah, karena dengan mengaji hantinya menjadi tenang dan damai.
Dion mulai melantunkan ayat suci al-Qur'an dengan sangat merdu. Beberapa menit kemudian Dion menyudahi itu semua dan memulai ritual mandinya.
"Den, makanannya udah bibi siapin ya di bawah," ucap bi Jeti yang melihat Dion sedang memasangkan dasinya di pintu luar kamarnya.
Dion mengangguk, "iya bi, makasih ya."
Setelah menyimpulkan dasi di kerahnya, ia langsung turun kebawah. Seketika mood nya yang sedang baik menjadi sangat buruk ketika melihatnya.
"Yon, ayuk makan sama papah," ajak Dito yang sedang mengoleskan rotinya dengan selai coklat.
Dion malas untuk menjawabnya, ia langsung menarik kursi makannya dengan kasar. Ia mengambil beberapa roti dan mulai mengolesnya dengan selai kacang.
Dito hanya bisa menghela napas panjang. Memang susah untuk berbicara dengan Dion.
"Nanti berangkat papah antar ya Yon," ucap Dito yang membuat Dion seketika berhenti mengunyah.
"Apa maksud papah, papah kira aku anak kecil apa yang harus di antar jemput!" ketus Dion.
"Papah hanya ingin lebih dekat dengan kamu Yon."
"Udah terlambat waktunya, harusnya papah kaya gini waktu mamah masih hidup," ucap Dion yang dapat membuat emosi Dito memuncak.
"Dion, sudah papah bilang jangan sebut wanita itu lagi!" bentak Dito.
"Kenapa! Papah takut kalau tau siapa pelakunya," Dion tersenyum miring.
"Kamu nggak tahu yang sebenarnya Yon."
"Selalu saja kata-kata itu yang papah ucapkan, papah takut kalau ketahuan iyah!!" Dion yang sudah muak dengan semuanya langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan meja makan.
Dito hanya bisa melihat punggung anaknya yang mulai menjauh darinya.
"Kalau Dion tidak melihat kejadian itu mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi dalam keluarganya" batin Dito.
🌼🌼🌼
Marsha mulai bersiap-siap memakai tasnya dan mulai melangkahkan kakinya untuk turun ke bawah. Tapi ketika ia turun, di sana sudah ada mamahnya yang sedang menatap dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan. Marsha hanya bisa menunduk lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Teen Fiction"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...