Happy reading
Jika kau yang bukan ada di sisiku, biarkan aku pergi. Membawa kenangan lama untuk menjadi kenangan baru~ Marsha.
Jalan dipenuhi dengan darah yang menetes di jalanan, diiringi hujan yang deras membawa darah itu menuju ke arah seseorang yang berdiri tepat di sana.
Dia hanya bisa mematung melihat kejadian mengerikan itu dan di sampingnya sudah ada Marsha yang sedang duduk meringis kesakitan.
"Jangan deketin dia, kalau lo macem-macem selangkah lagi gue nggak segan-segan buat bunuh lo," ancam seorang gadis yang melihat kejadian itu di jalanan. Mengambil batu besar yang ada di pinggir jalan untuk melindungi dirinya dan temannya yang sudah kesakitan.
"Siapa takut, gue nggak takut sama lo," ancamnya lagi kepada gadis itu.
Gadis itu mundur perlahan-lahan membawa Marsha pergi dari sana saat orang berbaju hitam itu kian mendekatinya. Ia segera membuka mobil merahnya dan menuntun Marsha untuk masuk ke dalam.
Orang berbaju hitam itu menggeram kesal saat gadis itu mencoba membawa mangsanya kabur darinya.
Gadis itu segera mengambil kunci di sakunya dengan tangan yang sudah gemetaran dengan cepat, ia mulai menyalakan mesin mobilnya dengan kecapatan di atas rata-rata. Untungnya di jalanan sedang sepi membuat Kania leluasa untuk mengemudi.
"Makasih kan," ucap Marsha dengan tangan yang masih memegangi tangannya yang banyak mengeluarkan banyak darah karena sayatan belati tadi.
"Luka lo dalam Sha, harus di obatin," ucap Kania menghentikkan mobilnya di pinggir jalan, mengambil kotak P3K di belakang mobil lalu segera membersihkan lukanya.
"Sshhh," ringisnya saat kapas itu mulai membersihkan lukanya.
Kania menatap Marsha. Marsha yang merasa di tatap kania hanya menaikkan satu alisnya kenapa.
"Lo kenapa ada disana sore-sore kaya gini," Kania mulai mengintrogasi Marsha.
Marsha hanya diam tidak tau harus menjelaskannya seperti apa.
"Gue mau naik angkot disana."
"Kenapa sampai ada orang itu, apalagi orang itu mulai menyerang lo pakai belati," sarkasnya yang masih tidak percaya dengan omongan Marsha yang menunggu angkot disana.
"Dia datang tiba-tiba Kan, gue nggak tahu dia siapa dan mulai nyerang gue disana," Marsha mengalihkan pandangannya ke arah jendela menatap pepohonon yang masih terlihat basah karena guyuran air hujan.
"Dan lo tau dia siapa?"
Marsha menggeleng lemah, "gue nggak tahu dia siapa."
"Jadi orang itu nggak kenal sama lo?" tanya Kania yang bersamaan dengan selesainya ia mengobati lengan Marsha.
"Dia kenal gue."
Kania menutup mulutnya syok, jadi orang itu kenal dengan Marsha. Dan kenapa dia menyerangnya kalau dia kenal.
"Gue kayanya pernah liat orang itu di sekolahan kita," ucap Kania yang sudah mengarahkan pandangannya ke depan.
Marsha menolehkan wajahnya menatap Kania, apakah Kania juga tahu mengenai teka-teki di gudang itu.
"Apa lo tau sesuatu dari dia?"
"Gue nggak tau pasti siapa dia, gue cuman pernah liat dia pernah menyelinap masuk ke rooftop sekolah waktu itu," Kania mulai menyalakan mesin mobilnya lagi, membawa Marsha untuk pergi dari sana.
"Kapan lo liat dia?"
Kania menghela nafas sebentar, "waktu gue selesai latihan cheleders sama anak-anak basket waktu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsha
Novela Juvenil"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala sebuah pukulan cambuk sudah melukai tubuhnya lagi dengan begitu kerasnya. "Saya tidak akan biarkan kamu ampun!" °°°°°°°° "Lo apaan si Man ngomo...