Tangan (Name) dengan lembut menelusuri wajah Osamu. Mulai dari mata, hidung, dan berbelok ke pipi. Ia mengusap pipi Osamu yang halus dengan lembut. Sang pemilik pipi tidak protes, ia hanya memejamkan matanya menikmati sentuhan yang diberikan.
Tak lama, tangan (Name) kembali bergerak. kali ini, ia mengusap bibir milik osamu. Ada rasa yang bergejolak aneh di dalam dadanya saat ia melakukan hal itu, tapi ia tak peduli. Ia terlalu lelah untuk meladeni perasaan nya yang tak kunjung menghilang sejak dulu.
Tiba-tiba, bibir Osamu bergerak, hendak berbicara.
"Kau tidak mau menciumnya?" tanya Osamu.
(Name) kaget mendengar pertanyaan osamu itu. Tapi ia mengendalikan dirinya untuk tetap tenang.
"Apa maksudmu, kau sudah punya pacar kan?" tukas (Name) sambil tetap mengusap bibir Osamu.
Osamu mendecih, lalu memegangi tangan (Name). Ia mencium telapak tangan (Name), lalu memainkan tangan tersebut. Perut (Name) terasa penuh oleh kupu-kupu, tapi ia menahan diri sebisanya.
"Aku ingin putus dengannya," ungkap Osamu jujur.
(Name) tidak kaget dengan pernyataan Osamu itu. Sebaliknya ia malah memandang prihatin. Ia memang sudah lama berharap Osamu putus dengan pacarnya. Tapi hal itu bukan karena ia menyukai Osamu, melainkan karena ia kasihan melihat hubungan di antara mereka.
Pacar Osamu itu memacari Osamu hanya karena ia ingin mendekati Atsumu. Selain itu, ia juga playgirl. Seringkali (Name) melihat gadis itu bergandengan tangan bersama cowok lain berjalan menuju hotel.
Pada awalnya, Osamu tidak percaya dengan hal yang dikatakan (Name). Tapi setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, barulah ia percaya. Ia sudah berulangkali meminta agar bisa putus dengan gadis itu. Tapi gadis itu selalu menolak. Alasannya karena ia masih belum mendapatkan Atsumu.
Makanya, setiap Osamu melihat gadis itu bersama cowok lain, ia selalu pergi ke rumah (Name). Setelah itu, ia akan menceritakan semuanya pada (Name). Dan berakhir dengan tertidur di bahu (Name).
"Kenapa tidak kau putuskan saja? Aku kasihan melihatmu terus disakiti olehnya," tukas (Name) sambil menatap Osamu dalam.
Osamu tidak menjawab, ia mengalihkan pandangannya dari teman masa kecilnya itu.
'bagaimana mungkin aku bisa memutusnya jika ia mengancam akan menyiksamu?' batin Osamu.
(Name) menatap Osamu, lalu menghela napas. Ia menarik Osamu ke pelukannya, lalu mengusap punggungnya dengan lembut. Ia tahu, bahwa sebenarnya Osamu masih menyimpan rasa pada gadis itu.
Osamu tak berkomentar, ia membalas pelukan (Name) dan menenggelamkan wajahnya di bahu (Name).
"Seandainya saja dulu aku lebih memilih berpacaran dengan mu daripada dia," lirih Osamu.
(Name) membelalakkan matanya kaget. Apa yang dipikirkan Osamu?
"Kau tahu? Aku rasa aku sudah nyaman denganmu, aku merasa tenang jika berada di dekatmu, saat aku sedang dalam kondisi terpuruk kau lah yang berada di sisiku," tukas Osamu panjang lebar.
(Name) menyimak, jantungnya berdebar sangat kencang. Ia bersyukur Osamu tidak dapat melihat wajahnya yang memerah.
"Aku menyukai mu, (Name)," bisik Osamu.
Mata (Name) meneteskan air, tapi dengan cepat ia menghapusnya.
"Yah, aku tak peduli jika cintaku ini hanya bertepuk sebelah tangan, karena--"
"Siapa bilang?" potong (Name).
Kali ini Osamu yang terkejut, ia melepaskan pelukannya lalu menatap wajah (Name) yang sudah seperti apel.
"Kau tahu Osamu? Katanya dalam persahabatan antara perempuan dan laki-laki, pasti salah satunya ada yang memendam rasa," desis (Name).
Osamu menelan ludah, detak jantung nya mulai tidak wajar.
"Ya, aku lah yang memendam rasa, aku sudah lebih dulu menyukaimu Osamu. Tapi aku tidak pernah bilang, aku tidak mau merusak persahabatan kita," lanjut (Name), air matanya kembali menetes.
"M-maaf, aku tidak pernah menyadari nya, tapi kau tidak perlu khawatir seperti itu," ujar Osamu gugup sambil menghapus air mata (Name). Itu adalah pertama kali nya ia melihat (Name) menangis.
"Tidak apa-apa, lagipula cinta itu tidak harus memiliki kan? Aku sudah cukup puas melihatmu bahagia meskipun bersama wanita lain," tutur (Name).
"Tapi sekarang ini, aku tidak bahagia," lirih Osamu.
(Name) tersenyum pahit, lalu mengusap surai abu milik Osamu.
"Ne, (Name),"
"Hm?"
"Boleh aku menciummu?"
Tangan (Name) berhenti mengusap rambut Osamu. Jelas ia kaget mendengar permintaan itu. Ia menggeleng tegas.
"Kenapa?" tanya Osamu sedikit kecewa.
"Status mu itu masih sebagai pacar orang Osamu, aku tidak ingin ciuman pertamaku diambil pacar orang," jelas (Name).
"Meskipun pacar orang itu adalah orang yang kau sukai?"
Pipi (Name) kembali bersemu merah, membuat Osamu gemas. Untung saja, Osamu bisa mengendalikan diri.
"Tapi, kalau kau sudah putus, aku akan mengizinkan nya," lirih (Name) hampir tidak terdengar.
Osamu tersenyum mendengar hal itu.
"Apa kau tidak masalah mencium bibir bekas orang?" tanya Osamu.
(Name) menelan ludah, lalu bergumam pelan.
"Aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu,"
"Kau benar-benar akan menepati janji mu kan?" tanya Osamu lagi.
(Name) mengangguk. Osamu mengulurkan jari kelingking nya. (Name) terkekeh kecil, lalu menautkan jari kelingking nya disana.
"Berjuanglah,"
***
(Name) berjalan pelan menelusuri taman sekolah. Angin musim gugur bertiup lembut. Dengan rileks, (Name) menyelipkan helaian rambut nya di belakang telinga.
Suasana damai itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba saja, (Name) dipeluk dari belakang oleh seseorang. Tubuh (Name) tersentak kaget. (Name) pun memutuskan untuk memutar tubuhnya.
"Osamu? Kenapa kau tiba-tiba-- astaga! Ada apa dengan pipi mu?!" (Name) berseru kaget sambil memegangi pipi Osamu yang memerah lebam.
Osamu tidak menjawab, ia sibuk mengatur napas.
"Aku berhasil putus darinya, wanita jalang itu menampar pipi ku karena ia tidak terima," jelas Osamu.
"B-begitu kah? Ya ampun, kita harus mengobati pipi mu dulu," (Name) masih saja panik.
Tangan Osamu terangkat, lalu menggenggam tangan (Name) yang sedang memegangi pipi nya.
"Aku ingin menagih janjiku dulu" tukas Osamu.
Wajah (Name) langsung berubah menjadi merah. (Name) lantas menundukkan kepalanya dalam-dalam agar Osamu tak melihat kondisi wajahnya itu.
Osamu tertawa kecil, lalu mengangkat dagu (Name).
"Kau sudah berjanji loh, bagaimana?" tanya Osamu meminta persetujuan.
"Y-yah, silahkan saja," bisik (Name) gugup.
Osamu mendekatkan wajahnya ke (Name), lalu berbisik tepat di telinga (Name).
"Perlu kau tahu, aku tak pernah mencium bibir siapapun, kau akan menjadi ciuman pertama ku,"
Mata (Name) membulat kaget, sebelum ia sempat berbicara, bibir Osamu sudah terlebih dahulu menyatu dengan bibirnya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐎𝐧𝐞 𝐒𝐡𝐨𝐨𝐭 𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐰𝐚𝐫𝐦𝐢𝐧𝐠 [∞]
FanfictionKumpulan one shoot (cerita pendek) dari haikyuu! Original fanfiction by Nirmala Zhafira ©Character by Furudate Haruichi