⚠️ warning! cerita ini mengandung angst dan juga sad ending, untuk teman-teman yang tidak suka bisa lanjut di scroll~
Request by : @Ga-shi
***
"Baiklah, kalau begitu saya pulang duluan! Sampai besok semua!"
Seorang lelaki bersurai silver berjalan keluar dari ruang kerjanya. Ia tampak tak sabar dan bersemangat.
"Suga-sensei tidak ikut minum?" Tanya salah seorang guru di sana.
"Biarkan saja, ia ada urusan," tanggap guru yang lain.
"Setiap hari ia selalu pulang cepat dan mampir ke suatu tempat kan? Aku penasaran kemana ia pergi,"
"Yah aku juga, mungkin ia pergi ke tempat yang menyenangkan,"
Sugawara berjalan santai menyusuri trotoar. Ia mampir ke toko bunga dan membeli sebuket bunga. Dafodil. Setelahnya, ia pun melanjutkan perjalanan nya. Kaki nya berbelok ke dalam sebuah tempat.
"Tadaima (Name), lihat, aku membawakanmu bunga dafodil kesukaanmu,"
Sugawara berjongkok di depan sebuah nisan. Tangannya mengusap nisan itu dengan lembut. Ia pun menaruh buket bunga di atas nisan. Nisan yang berukir nama (Sugawara) (Name) itu tampak bersih ketika Sugawara datang. Mungkin ada orang lain yang datang sebelumnya dan membersihkan nya.
"Tak terasa ya, sudah 1 bulan sejak kepergian mu," Sugawara bermonolog di depan nisan itu.
"Kau tahu (Name)? Dipikir-pikir sampai sekarang pun, kau terlalu tidak adil padaku. Bagaimana bisa, waktu yang ku butuhkan untuk menaklukkan hatimu adalah 3 tahun, sedangkan waktu yang kau habiskan bersama dengan ku hanya 1 tahun. Tidakkah itu keterlaluan?"
Sugawara tersenyum ranum, mengingat masa-masa di mana ia berusaha menaklukan hati gadisnya.
"Aku masih ingat bagaimana muka judesmu ketika menolak lamaranku untuk pertama kali. A-ah, kalau dipikir sekarang, hal itu memang memalukan ya? Aku baru bertemu denganmu dan sudah mengajak untuk menikah saja," kekeh Sugawara.
"Hari-hari berlalu, saat kita kelas 2 aku mulai sibuk di klub ya? Kau juga sibuk di osis sih. Tapi aku masih tetap berusaha untuk mendekatimu, walau ujung-ujungnya aku ditarik paksa oleh Shimizu untuk kembali ke gym,"
"Dan akhirnya, saat kelas 3 kita mendapatkan peran dalam drama untuk festival kebudayaan. Kau menjadi Putri salju dan aku menjadi pangeran. Ya ampun, aku tidak bisa melupakan bagaimana cantiknya dirimu saat itu! Seandainya saja waktu itu ciuman nya nyata, bukan pura-pura," tak terasa pipi Sugawara memerah dengan sendirinya.
"Ah, lalu ketika kelulusan, aku menyatakan perasaanku untuk yang kesekian kalinya. Dan, aku benar-benar tak menyangka kalau kau menerima perasaanku, bahkan kau bilang kalau sebenarnya kau juga sudah menyukaiku dari lama? A-astaga, kau pintar sekali membuat ku salah tingkah,"
Sugawara kini menutup wajahnya dengan sebelah tangan. Entah kenapa ia jadi gugup sekarang. Kini langit mulai menggelap, awan pun mulai berkumpul.
"Waktu itu kau bertanya apakah aku mau menunggu mu menyelesaikan kuliah mu dulu kan? Kau memintaku untuk menunggu hingga kita berdua telah lulus kuliah. Hei (Name), kau tidak tahu aku sudah menunggu mu untuk membalas perasaan ku selama 3 tahun? Dan kau menyuruhku untuk menunggu lagi? Kau pikir aku mau?"
"Sayangnya iya, kenapa aku kedengaran sangat bucin?"
Sugawara menghela napas panjang.
"Tahun-tahun penderitaan kuliah pun kita jalani tanpa adanya komunikasi, rasanya sangat menyiksa. Tapi aku tetap bertahan, karena kau selalu membayangi pikiran ku. Haah, dasar gadis licik," cetus Sugawara.
Tetes air hujan mulai turun, membasahi rumput yang ada di pemakaman itu.
"Akhirnya, setelah kita lulus aku mendapat pekerjaan. Aku langsung melamar mu lho! Dalam 1 hari, aku sudah 2 kali melamar. Melamar pekerjaan dan melamar mu juga tentunya, dan aku tidak menyangka kalau dua-duanya akan diterima. Hari itu benar-benar hari yang sangat berkesan untukku,"
"27 Maret, kita menikah dan memulai kehidupan baru. Kau tahu (Name)? Semenjak menikah denganmu, aku tidak mengenal yang namanya sedih ataupun depresi. Hari-hari pernikahan kita adalah anugrah Tuhan terindah yang pernah ada," Sugawara tersenyum, bukan senyum hangat seperti yang biasa ia tebarkan pada orang.
"Lalu, tanggal 14 Mei setahun setelah nya, hari di mana tragedi itu terjadi. Hari di mana aku kehilangan separuh jiwa ku, hari di mana dunia ku menghilang, hari di mana aku merasa tidak punya siapa-siapa lagi, dan hari di mana seorang bidadari kembali menuju surga nya,"
Air mata Sugawara menetes, berbaur dengan tetesan air hujan yang kini mulai menderas.
"Kau tahu (Name)? Waktu aku masih sma, aku selalu berdoa kepada Tuhan supaya kita bisa bersama suatu hari nanti," lirih Sugawara.
"Tapi waktu itu aku lupa, untuk berdoa supaya kita bisa bersama selamanya,"
END
jujur, aku susah bikin sad ending😭 gini ga si? :'
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐎𝐧𝐞 𝐒𝐡𝐨𝐨𝐭 𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐰𝐚𝐫𝐦𝐢𝐧𝐠 [∞]
FanfictionKumpulan one shoot (cerita pendek) dari haikyuu! Original fanfiction by Nirmala Zhafira ©Character by Furudate Haruichi