Pairing : Akaashi and Reader
Rate : -
Genre : school, romance"Maaf (Surname), kau tidak mendapat beasiswa itu,"
Perkataan dari senseinya tadi membuat (Name) serasa tersambar petir. Kedua manik (e/c) nya membulat tidak percaya.
"Apa maksudnya, sensei? Bukankah sensei bilang kalau lima anak dengan nilai tes tertinggi akan mendapatkan beasiswa? Dan aku adalah urutan ke lima! Seharusnya aku mendapat beasiswa, kan?" Protes (Name). Ia sudah belajar mati-matian demi tes, tidak mungkin ia akan membiarkan beasiswa itu hilang tanpa alasan yang jelas.
Beasiswa masuk SMA, hal yang paling diincar oleh murid berprestasi. 5 anak pemilik nilai tes tertinggi akan mendapatkan tiket beasiswa dan bebas masuk ke SMA mana saja yang mereka inginkan. Akaashi, sahabat masa kecilnya, sudah mendapatkan beasiswa itu. Wajar saja, kan?
"Maafkan sensei, (Surname). Memang seharusnya kau yang mendapat beasiswa itu, tapi sekolah mendapat tekanan dari pihak luar untuk memberikan beasiswa itu kepada murid lain," Tsurumi sensei tertunduk, ia benar-benar merasa bersalah pada muridnya itu.
"Jangan-jangan, itu Fukumizu-san?" Desis (Name). Senseinya tidak menjawab, membuat (Name) yakin kalau tebakannya benar.
"Hontou ni gomennasai, (Surname),"
***
"Si licik Fukumizu itu! Ia pasti menggunakan kekuasaan ayahnya untuk mendapatkan beasiswa!" (Name) berseru kesal.
"Padahal kalau kau mau, kau juga bisa menggunakan kekuasaan ayah mu kan, (Name)?" Akaashi berkomentar sambil memakan onigirinya. Saat ini mereka berdua sedang berada di atap sekolah.
"Aku tidak ingin menggunakan kekuasaan orang tuaku untuk hal ini, aku ingin berusaha dengan kemampuan ku sendiri," ujar (Name). Ia memeluk lututnya semakin erat.
Akaashi menghabiskan onigiri di tangannya. Lalu mengelap tangannya dengan tisu basah.
"Lagipula, kenapa si Fukumizu itu mengincar beasiswa? Ayahnya kan kaya, ia bisa saja masuk ke SMA manapun yang ia mau! Aku benar-benar tidak habis pikir," gerutu (Name).
"Kalau Fukumizu itu mendapatkan beasiswa, sudah pasti ayahnya akan mendapat pujian dari rekan-rekan bisnisnya. Makanya ia berusaha mendapatkan beasiswa itu dengan cara apapun. Sudah biasa di dunia bisnis," celoteh Akaashi.
"Tapi Papa tidak begitu," bantah (Name).
Akaashi tersenyum tipis.
"Memang ada beberapa pebisnis yang seperti papamu, tidak peduli dengan reputasi dan hanya ingin yang terbaik untuk anaknya,"
(Name) terdiam, ia lalu menyembunyikan wajahnya di kedua lutut.
"Sekarang aku harus bagaimana, Keiji? Aku benar-benar ingin masuk ke SMA Fukurodani," lirih (Name).
"Meskipun kau tidak mendapat beasiswa, kau masih bisa mendaftar lewat jalur umum kan?" Saran Akaashi sambil mengusap pucuk kepala (Name).
"K-kau benar juga! Kapan pendaftaran nya dibuka?" Tanya (Name) antusias.
Akaashi meraih hapenya di saku, lalu mengotak-atik nya sesaat.
"Kuotanya 50 murid, pendaftaran nya sudah dibuka sejak dua hari yang lalu," ucap Akaashi.
"Dua hari yang lalu? Apakah kuotanya masih tersisa?" Cemas (Name).
"Sebentar, biar ku cek,"
(Name) memandang Akaashi penuh harap. Semoga saja masih ada kuota untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐎𝐧𝐞 𝐒𝐡𝐨𝐨𝐭 𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐰𝐚𝐫𝐦𝐢𝐧𝐠 [∞]
FanfictionKumpulan one shoot (cerita pendek) dari haikyuu! Original fanfiction by Nirmala Zhafira ©Character by Furudate Haruichi