Alice terhenyak, ia menjilat bibir ranumnya yang terasa kering, mengalihkan pandangannya lalu kembali lagi menatap Edric. "Jangan gila, Edric!"
Alice tertawa hambar, ia melepaskan genggaman tangannya dengan Edric. "Bahkan kita belum lama ken—"
"Aku tahu Alice, aku tahu!" sela Edric dengan cepat. "Tapi hanya kau yang dapat aku percaya." Edric menatap Alice sendu, lalu mendongak, mengusap wajahnya kasar.
"Mommy, ingin menjodohkanku dengan anak dari sahabatnya. Aku tidak bisa.. aku tidak mau, Alice." Ungkapnya menatap Alice lekat. "Ku mohonn.."
Edric mencondongkan dirinya, kemudian menatap gadis itu tepat di iris indahnya dengan teduh, "Aku akan membiayai semua kebutuhanmu. Itu sama saja dengan aku membantumu jugakan?" tawarnya.
"Ini hanya sementara, Alice. Aku tidak punya pilihan lain. Kita akan membuat perjanjian setelah kau menyetujuinya." Jelasnya dengan detail.
Alice menghembuskan nafasnya kasar, ia merunduk, memijat pangkal hidungnya pelan. "Aku tidak tahu, Ed."
Alice sangat bimbang, haruskah ia menerima tawarannya? Ia memang sangat membutuhkan uang, tapi haruskah dengan cara seperti ini?
"Beri aku waktu." Sahutnya.
Edric tersenyum pasrah, "Baiklah, aku berikan waktu sampai besok." gumamnya. "Istirahatlah."
Edric berdiri, kemudian memasukkan satu tangan ke dalam sakunya, "Aku akan pergi ke kantor sebentar, boleh meminta nomor ponselmu?" Pintanya.
Alice mengadahkan tangannya ke arah Edric, "Berikan ponselmu."
Edric mengambil ponselnya dari saku celana, lalu memberikannya pada Alice, perempuan itu langsung mengambilnya dan mengetikkan nomornya disana.
"Ini.." Alice mengembalikan ponsel itu ke Edric.
Beberapa detik setelahnya terdengar deringan ponsel dari arah nakas sebelah mereka. "Itu nomorku, jika kau membutuhkan sesuatu hubungi aku." tuturnya lalu berdiri.
"Aku berangkat, Alice." pamitnya dengan senyuman di wajah tampannya. Lelaki ini berjalan keluar dari kamarnya meninggalkan Alice sendirian.
💍
Keesokan harinya Alice tetap tidak bisa menjawab, ia tidak siap untuk bertemu dengan Edric. Tetapi apa boleh buat? Ia terjebak di mansion mewahnya ini dari kemarin.
Alice sedang di home theater milik Edric, ia menonton film 'The Boss Baby' untuk menghilangkan rasa jenuhnya yang tidak tahu harus berbuat apa di mansion sebesar ini.
Edric belum kembali dari kantornya, tetapi Alice senang. Kalau bisa tidak usah pulang saja, Alice tidak apa.
"Hahaha... Lucunya." Kekeh Alice saat melihat adegan lucu di layar.
"Kau terlihat sangat senang." Celetuk Edric dari arah pintu.
Alice mendudukan dirinya kemudian bergerak kikuk karena merasa canggung, "K-kau sudah pulang?"
Edric mendekati Alice dan duduk disebelahnya.
"Menurutmu? Kalau aku sudah disini tandanya apa?" Tanya nya dengan jahil.
Alice mengigit pipi dalamnya, lalu kembali menatap layar agar terhindar dari perasaan canggung ini. "Tandanya kau menggangguku menonton." cetusnya.
Tiba-tiba terbesit di pikiran Edric untuk menjahili Alice sekarang. Ia memegang remote untuk mematikan filmnya. "Ahh~ begitukah?"
Click!
"Yahhhh! Kenapa tiba-tiba mati?" Alice gelagapan dan mencari remote untuk menyalakannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract To A Billionaire | LIZKOOK ✔️
FanfictionEdric Rikkard (Jeon Jungkook) adalah seorang Billionaire muda. Ia terlahir dari keluarga kaya raya, di umurnya yang ke 19 tahun ia sudah mempunyai segalanya yang ia inginkan, uang berlimpah, mansion mewah, banyak perusahaan, mobil mewah, dll. Edric...