💍32

6.8K 443 23
                                    

Malam ini kedua pasangan muda itu terlihat berada di ruang kerja milik sang pria dengan seorang wanita yang terduduk diatas pangkuannya. Ia sedang menduselkan wajahnya di perpotongan leher milik suaminya yang tengah bekerja.

Hidung perempuan ini terlihat masih memerah. Ia baru saja berhenti menangis akibat tidak melihat suaminya saat dirinya membuka kedua matanya.

Perempuan ini menangis tersedu-sedu jika tidak melihat sang suami dari jarak pandangnya, sekalipun jika Edric hanya ingin mandi, ia akan memintanya untuk ikut mandi bersama.

Tetapi biasanya jika diberi tawaran manis atau memberikan alasan menggunakan nama Leo, perempuan itu akan merelakan suaminya untuk pergi ke kantor. Walaupun di siang harinya sang istri menghubunginya dengan menangis, memintanya untuk kembali pulang.

"Baby.. Pulanggg~ aku sendirian disini, hiks.."

"Aku sedang rapat penting, Baby. Sebentar lagi ya? Hanya 5 menit, aku akan pulang." Edric menenangkan istrinya yang sekarang sudah menangis sesegukan di sebrang sana.

"Sekarang hiks.." Alice meraung-raung di atas ranjang, ia melampiaskan kesedihannya dengan memukul bantal yang di kenakan Edric untuk tidur.

"Aku akan suruh Alex untuk mengantarmu ke Cafe, kita akan bertemu disana. Kau mau?" Edric memberikan tawaran kedua, namun lagi-lagi ditolak sang istri. Pria ini sudah terbiasa, jadi ia tidak akan merasa kesal dengannya.

"Kau tidak mencintai kami lagikan? Hiks.. Kau ingin meninggalkan kami kan? Hiks.."

"Jangan menangis, Sayang. Aku sudah di perjalanan pulang sekarang. Tunggu aku ya?" Edric mendesah lalu tersenyum. Ini demi keberlangsungan kedamaian rumah tangganya pikir Edric.

TUT—

Akan tetapi pada saat Edric tiba di mansion ia melihat Alice sudah tertidur pulas akibat menangis sebelumnya. Selalu akan seperti itu, pria ini hanya tersenyum dan tertidur disebelah sang istri atau melanjutkan pekerjaannya kembali di ruang kerja miliknya.

Namun satu minggu setelah hari dimana waktu mereka melakukan ehmm... adegan kenikmatan? Alice sudah tidak memperbolehkan Edric untuk pergi ke kantor, meskipun sudah di rayu tawaran manis dan membelikan Leo mainan baru, perempuan ini tetap tidak mau.

Perempuan ini berkilah jika pria itu pergi ke kantor Bubbles dan Mommy tidak mau bertemu dengan Daddy lagi. Alhasil Edric pun mengalah, walaupun ia juga menyukainya karena bisa bersama dan bermanjaan dengan sang istri selama 24 jam penuh.

"Baby, kau belum makan malam. Menginginkan sesuatu?" Edric menarik tubuh Alice dari dekapannya, lalu menyeka bekas air mata yang membasahi pipi gembil istrinya.

Alice membalasnya dengan gelengan, lalu kembali ingin memeluk tubuhnya, namun Edric menahannya dan memberikan ciuman di bibir Alice. "Tapi Bubbles harus makan, pasti mereka sudah lapar sekarang." Edric mengelus perutnya yang membuat Alice merasa nyaman.

"Ingin disuapi." Pintanya sembari memainkan jarinya di dada Edric.

Edric merapihkan poni sang istri, serta rambutnya yang sedikit berantakan. "Akanku suapi, Baby. Bubbles ingin makan apa? Nanti Daddy buatkan.." Edric mendekatkan wajahnya ke perut sang istri, lalu menaruh telinganya di perut itu seakan ingin mendengar jawaban dari si anak.

"Bubbles ingin bulgel, Daddy." Manik itu berbinar seraya mengucapkan makanan yang di inginkannya.

Edric terkekeh dan mencium gemas pipi Alice bertubi-tubi. "Bubbles tidak boleh memakan itu." Larangnya— runtuh sudah harapan Alice untuk memakan burger, bahunya meluruh dengan wajah yang menekuk.

Marriage Contract To A Billionaire | LIZKOOK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang