💍40

6.2K 396 39
                                    

Alice merentangkan kedua tangannya sembari sesegukan, Edric langsung memeluk sang istri untuk meredakan tangisannya. "Uuuu~ my baby.. Dont cry.."

Edric mengusap punggung Alice berkali-kali, mengecupi puncak kepala istrinya seraya menggodanya supaya berhenti menangis. "Ssttt~ sudah Sayang.. Jangan menangis lagi, hm? Aku belikan permen setelah ini."

Alice bergeleng di dalam pelukan Edric. "Tidak mau permen hiks.."

"Baby, ingin apa kalau begitu, hm?" Edric menangkup kedua pipi Alice, mengusap pipi gembil istrinya seraya menyeka air matanya.

"Ingin pulang.. Aku ingin pulang hiks.. hiks.."

Hormon ibu hamil memang selalu berubah lagi dan lagi. Baru saja mereka sampai di Santorini beberapa jam yang lalu, sekarang ibu hamil satu ini ingin kembali pulang ke mansion mereka.

Padahal perempuan itu sendiri yang memilih untuk pergi berlibur ke Santorini. Untung wanita ini mempunyai suami seorang Miliyarder yang memiliki segalanya tanpa harus mementingkan uang.

Hanya tinggal menghubungi anak buahnya untuk menyiapkan yacht, helicopter, atau private jet yang akan dipakainya tanpa harus memusingkan tiket pesawat yang sudah dibelinya akan hangus dan membeli tiket baru.

"Iya, iya, sehabis ini kita pulang ya? Apa Baby ingin pulang sekarang?" Edric mengusap surai Alice dengan menatapnya sayang.

Alice mengerucutkan bibirnya dan menggosokkan matanya dengan kedua tangan. "Bubbles belum selesai, aku ingin melihatnya dulu.."

Edric melepaskan tangan Alice yang sedang menggosok kedua matanya. "Baby, jangan di gosok. Matamu akan lebih memerah nantinya."

Ariana yang sejak tadi hanya di abaikan, ia menepikan dirinya sejenak dari suasana canggung tetapi manis sekaligus. Dokter ini melihat betapa cintanya Edric dengan sang istri, selalu sabar mengurusi ibu hamil yang satu ini dengan permintaan yang aneh-aneh.

"Jangan dilepas! Baby, tidak boleh pergi, aku ingin seperi ini.." Alice mengeratkan pelukannya di tengkuk sang suami saat Edric ingin melepaskan pelukannya dan ingin berdiri.

Edric mendekatkan dirinya dan memberikan wanita itu ciuman di bibir, lalu melihat Ariana dan memberikan kode kepada wanita itu untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Ariana yang sempat tersentak langsung menetralkan air mukanya kembali seperti awal. "Ekhem! Sir, Madam.. Saya akan melanjutkannya kembali."

Alice kembali melihat layar monitor dengan memeluk sang suami, Edric pun melakukan hal yang sama seperti Alice. Sejujurnya Edric tidak nyaman dengan posisi seperti ini, bukan karena di depan Ariana, namun posisi ini cukup membuat lehernya pegal.

Pria ini terduduk di tepian hospital bed sebelah Alice dengan sedikit merunduk sembari tetap memeluk dan mencium istrinya, akan tetapi ia menghiraukan rasa pegal dan sedikit sakit yang menjalar leher belakangnya.

Apa boleh buat? Jika sudah terlalu cinta pasti akan melakukan dan menuruti apapun yang telah di minta oleh orang tercintanya.

"Sir, Madam. Kalian bisa melihat ini?" Ariana menunjuk layar monitor sembari menggerakan cursor dan menatap kedua pasangan ini.

Edric serta Alice membalas perkataan Ariana dengan mengangguk sembari melihat dua objek yang berada di layar.

"Baby kalian berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Selamat Sir, Madam!" Ariana tersenyum lebar dengan sedikit bertepuk tangan akibat rasa bahagia yang turut ia rasakan.

Marriage Contract To A Billionaire | LIZKOOK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang