34. TIGA PULUH EMPAT

1.9K 86 6
                                    

Lani terduduk dengan lemas diranjangnya. Air matanya terus mengalir tiada henti mengingat masalah tadi. Saat ia siuman tadi Riko mengatakan suatu kebenaran yang membuat dirinya yang lemas semakin melemah. Kebenaran itu adalah.. Riko dan Rika sudah bertunangan sekitar 1 bulan yang lalu. Lalu kehadiran Lani sebagai istrinya itu untuk apa? Apa hanya untuk pemuas saja? Kali ini Lani benar benar marah dan kecewa kepada Riko.

Lani vof

Tuhan, kenapa cobaan seberat ini harus terjadi padaku. Apakah aku bisa melewati cobaan seberat ini. Tuhan, tolong kembalikan suami hamba seperti dulu. Hamba sangat merindukannya. Tuhan, aku memang menginginkan suami aku kembali, tapi bukan seperti ini caranya.

Satu bulan yang lalu, bi Ningsih dan Rika pergi dari rumah ini dan berhenti untuk bekerja. Ternyata alasannya seperti ini. Benar benar keterlaluan, aku sudah memberinya pekerjaan ternyata seperti ini balasannya. Memang benar benar tidak tahu malu.

Jika kak Riko dan Rika sudah bertunangan, berarti mami Elsa dan papi Fernando sudah mensetujui mereka. Kenapa mereka tega sekali, padahalkan aku sedang mengandung anaknya kak Riko, dan Video tadi..kenapa didalam video tadi wajah dua orang itu mirip sekali sama aku dan Sandi. Padahal, aku tidak pernah melakukan hal sebejat itu dengan Sandi.

Kak Riko, andai kamu tau kebenarannya. Mungkin, semua ini tidak akan terjadi dan kita akan hidup bahagia.

Aku mengusap perutku yang buncit ini. "sayang, maafin mama ya. Mama sering nyakitin kamu gara gara terus memikirkan papa kamu. Mama janji, mama tidak akan melakukannya lagi"

Ceklek. Suara pintu kamarku yang terbuka menampakan sesosok pria berperawakan tinggi masuk kedalam kamar ku. Aku memalingkan wajahku kearah lain sambil mengusap air mata yang terus mengalir dari mataku. Pria itu menatap ku dengan wajah dinginnya.

"buat apa lo nangis, semua gak akan bisa mengubah kenyataan ini hanya karena lo nangis" katanya.

Aku mengedip ngedipkan mata ku agar air mata yang aku bendung tidak terjatuh lagi. Aku menarik nafasku sebelum aku mulai berbicara.
"mungkin, kamu benar kenyataan ini tidak akan terubah hanya karena aku nangis. Tapi, anak dalam kandungan ini benar benar anak kamu" aku mencoba meyakinkannya.

"lo masih mau ngelak? Bukti udah jelas, lo masih mau ngelak? "

" terserah kamu mau ngomong apa, yang pasti jika kamu tau kebenaran nya, aku harap kamu bisa tinggalkan Rika dan mengakui bayi dalam kandungan ini adalah anak kamu" ujar ku.

"kalau gitu... Ayo kita tes DNA"

---------

Malam ini kak Riko tidur bersamaku walaupun kita tidak tidur seranjang. Kak Riko tidur disofa, sedangkan aku tidur diranjang. Tadinya, dia akan tidur dikamar yang lain, tapi kamarnya belum dibersihkan, jadi malam ini dia tidur bersamaku.

Aku sudah tidur terlelap kealam mimpi. Dengan perut yang semakin membesar ini, tidur ku sering terganggu karena posisi tidur. Tapi entah kenapa, malam ini tidur ku sangat nyenyak. Apa karena ada yang menemani aku tidur?

Sepertinya kak Riko masih belum tidur, ntah ia memikirkan apa sampai ia belum tidur dijam seperti ini. Apa dia masih memikirkan janin ini?
Kak Riko beranjak dari sofa, ia duduk ditepi sofa sambil memijat mijat lehernya. Sepertinya, lehernya sakit karena tidur disofa. Ia melihat kearahku yang sedang tertidur dengan sangat lelap. Wajahnya.. seperti orang yang sedang khawatir.

Aku mengganti posisi tidurku sambil mengusap usap perutku. Tak kusadari, kak Riko tersenyum tipis saat melihatku merubah posisi tidurku. Andai saja aku bisa melihat senyuman kamu yang sudah lama aku rindukan.

My Husband Is My Ketos [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang