42. EMPAT PULUH DUA

2.5K 116 19
                                    

"siapa yang bilang bu Elsa telah membunuh ayah? "

"Ayah?! "

*****

Sebelum kedatangan ayah Rika....

" Rika jangan lakukan itu nak ibu mohon... " ujar bi Ningsih memohon mohon kepada Rika sambil menangis dan mengejar Rika yang akan pergi.

" bu! Aku ini cape hidup miskin terus! Ibu jangan ngehalang halangin aku buat nikah sama Riko! Aku sangat mencintai dia bu! Lebih dari apapun! Jika aku menikah dengan Riko, toh ibu juga akan kebagian hartanya Riko! Ibu gak usah cape cape kerja lagi! Lepas.. "ujar Rika sambil menepis tangan bi Ningsih dengan sangat kasar membuat bi Ningsih terjatuh.

" Rika! Jangan Rika! " bi Ningsih terus mencegah Rika.

Brak. Rika menutup pintu rumahnya dengan sangat kasar. Lalu terdengar suara ceklekan kunci. Rika mengunci bi Ningsih dari luar? Tega sekali dia.

" Rika! Buka pintunya Rika! Jangan kunci ibu didalam! Rika!! " teriak bi Ningsih. Rika tidak mendengarkan dan malah tersenyum licik.

" kalau aku bukain pintunya, ibu pasti akan ngegagalin rencana aku untuk menikah dengan Riko hari ini! " ujar Rika lalu pergi meninggalkan ibunya yang dikunci didalam rumah.

" RIKA!! " teriak bi Ningsih. Namun percuma saja, Rika tidak mendengarkannya dan sudah pergi menjauh." ya Allah. Tolong hamba ya Allah. Tolong gagalkan rencana Rika untuk menikah dengan nak Riko ya Allah. Hamba tidak ingin melihat non Lani sedih dan kecewa. " ujar bi Ningsih memohon kepada yang maha kuasa.

Tiba tiba kepala bi Ningsih terasa pusing. Semuanya menjadi buram. Tak lama, pandangannya menjadi gelap. Ia tidak bisa melihat apa apa dan akhirnya pingsan.

------------

" Ningsih... akhirnya setelah sekian lama, aku akan bertemu dengan kamu lagi Ningsih dan juga Rika. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kamu dan Rika.. " gumam seorang pria yang tidak diketahui.

Ia berjalan kaki menuju ke kediaman Rika dan bi Ningsih. Kakinya berjalan dengan sangat cepat karena ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan bi Ninhsih dan Rika.

Ia sudah sampai didepan pintu rumah Ningsih. Wajahnya begitu sumringah saat ia sudah berada di depan rumah itu.

"Ningsih, aku kembali.. " ucap pria itu.

Tangannya terulur untuk mengetuk pintu rumah itu. Namun, tangannya terhenti ketika melihat kunci rumahnya berada tergantung di lubang kunci. Ia berfikir sejenak. Jika bi Ningsih sedang tidak ada di rumah, kenapa kunci rumahnya ada di luar?

Tanpa basa basi lagi, pria itu membuka kuncinya dan langsung nyelonong masuk kedalam rumah itu.

"Ningsih aku kem-.. Ningsih! "teriak pria itu ketika melihat bi Ningsih tergeletak dilantai." Ningsih, bangun Ningsih! " ujar pria itu berusaha membangunkan bi Ningsih sambil menepuk nepuk pipinya.

" nnggg" bi Ningsih mulai siuman.

"Ningsih" pria itu segera mengangkat tubuh bi Ningsih ke atas kursi agar bi Ningsih bisa duduk dengan nyaman. "Ningsih, akhirnya kamu siuman" ujar pria itu.

Bi Ningsih terlonjak kaget kala melihat pria itu. Tangannya menutup mulutnya tidak percaya.

"m-mas Danang? " tanya bi Ningsih dengan suara yang sedikit bergetar akibat ketidak percayaannya.

" iya Ningsih. Ini aku Danang, suami kamu" ujar pria yang bernama Danang itu.

Bi Ningsih masih menatap pria yang mengaku sebagai suaminya itu. Bi Ningsih menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

My Husband Is My Ketos [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang