32.Takut

118 14 7
                                    

Dalam perjalanan Gladis memperhatikan Dania yang tengah fokus menyetir mobil. Dia ingin menanyakan sesuatu pada Dania  namun dirinya takut untuk bertanya

Gladis menggigit bibir bawahnya mencoba untuk percaya diri untuk menanyakan nya "Dan?" Panggil nya

Dania menengok sebentar dan masih fokus untuk menyetir mobilnya "kenapa Dis?" Sahutnya

"Emm ini" ucapnya masih ragu-ragu

"Kenapa? Ngomong aja nggak papa Dis"

'kayak nya belum pas deh kalo aku cerita sama Dania, nanti aja deh' Gladis pun mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Dania

"Eh kok diem lagi, kamu mau ngomong apaan ih aku juga pengen tau kali" ujar Dania

"Itu aku cuman mau bilang"

"Bilang apa?" Tanya Dania

"Emm emang nggak papa yah kalau aku nginap di apart kamu?" Kata Gladis sambil basa-basi agar tidak terlalu hening

Dania pun terkekeh "yah nggak papa lah, kamu kayak sama siapa aja Dis, santai kali" sahut nya

"Revan gimana?"

"Revan pasti bolehin kok tenang aja, eh kamu udah bilang sama nyokap atau bokap lo belum kalau mau nginap di aku" Dania memastikan agar nantinya orang tua Gladis tidak khawatir

"Tadi aku udah WhatsApp mamah katanya boleh Dan," jelas Gladis

"Syukur deh, takutnya nanti kalau belum mereka nyari in"

"Nanti sekalian ajarin aku pelajaran Matematika yah, emm boleh nggak?"

"Boleh kok" jawab nya tersenyum senang, karena sudah lama juga mereka tidak belajar dan pergi bermain bersama setelah Dania menikah

"Soalnya tadi aku nggak fokus dengerin Bu Ike jelasin materi" cicitnya

Dania pun memahaminya karena Gladis pasti sedang memikirkan gimana nantinya kedua orangtuanya jika benar-benar akan bercerai, semoga saja mereka bisa rujuk kembali dan sadar dia sudah memiliki Gladis. Karena sejatinya perceraian itu adalah yang selalu menjadi korban  anak, mereka pasti sedih dan juga pasti akan iri ketika melihat keluarga teman atau saudara terlihat akur dan bahagia.

[Eh ga tau juga author bener atau nggak🙏]

***

Hati Safira berdebar-debar kencang karena takut bertemu orangtuanya Revan tanpa seizin dia terlebih dahulu. Safira memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah orang tuanya Revan

Tok...tok...tok

"Permisi" ucap Safira mengetuk pintu rumah Revan tapi tidak ada satu orang pun yang menyahut

"Kok sepi yah?" Bingungnya. Lalu dua mencoba untuk mengetuk pintu ulang

Tok...tok..tok...

"Maaf mbak cari siapa?" Ucap laki-laki berbadan besar yang tengah melintas di depan rumah orangtuanya Revan

Safira membalikkan badannya menghadap ke arah sumber suara "emm cari Revan ada nggak yah?"

"Kalo Revan anaknya pak Aditama saya nggak tahu mbak, tapi Mbak bisa pencet bel aja siapa tahu nanti keluar"  ujar orang itu, menunjuk ke arah bel

Safira melihat-lihat pintu ternyata memang ada bel di situ tapi Safira tidak melihatnya, mungkin karena efek takut sampe tidak fokus "Eh ternyata ada bel" jawab nya dengan malu bisa-bisa dia tidak melihat

"Iya mbak, kalau Mbak nya ketuk-ketuk pintunya, rumah segede ini nggak bakal kedengaran mbak, kalau pencet bel pasti keluar tapi itu kalau orangnya ada dirumah" sambung orang itu

IT'S DANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang