Adelia masih memelototi Darian dari jauh, sampai seorang pria dengan seragam lengkap muncul dengan beberapa pria berseragam tentara.
Adelia tidak mengenalnya, tapi saat pria itu turun dari mobil, aura kepemimpinan muncul dari wajahnya yang dingin, kemudian dia segera memberi perintah untuk semua orang agar diam dan meminta perhatian mereka.
"Selamat datang di Akademi Militer. Saya Letnan kolonel Alexander Glorry yang akan bertanggung jawab mengawasi pendidikan kalian di sini selama dua tahun!"
Suara Letkol Alexander saat berbicara sangat keras juga jelas, bahkan tanpa pengeras suara, mereka masih bisa mendengarnya.
"Mulai hari ini kalian adalah anak Akdemi Militer, Komandan Pleton akan menjadi ayah kalian dan rasa sakit akan menjadi ibu kalian!" Alexander berjalan ke kanan dan ke kiri, mengamati semua orang yang ada di dalam barisan.
"Di sini kalian adalah sama, tidak ada kaya dan miskin juga tidak akan ada pilih kasih. Kalian akan belajar bersama, makan makanan yang sama, tidur di tempat tidur yang sama, buang kotoran di tempat yang sama, bahagia dan menderita bersama."
Alexander kemudian berdiri di tengah dan menatap mereka.
"Jadi jangan berpikir bahwa kalian akan hidup seperti bagaimana kalian hidup di luar pagar besi ini. Mulai hari ini kalian akan ditempa menjadi laki-laki terbaik yang berguna bagi bangsa, dan saya tidak ingin mendengar keluhan dari kalian. Ini adalah kewajiban kalian sebagai putra bangsa untuk mengabdi dan melindungi negara. Saat negara membutuhkan kalian, maka kalian harus selalu siap."
Setelah itu semua orang dibawa ke sebuah aula untuk pemeriksaan barang-barang yang mereka bawa dan mendapatkan barang-barang baru sebagai anggota Akademi Militer.
Adelia mengikuti arus bersama Garry saat mengantri untuk mendapatkan tas besar yang berisi kebutuhan mereka seperti seragam, peralatan makan dan peralatan mandi.
Mereka kemudian dipanggil menurut nama mereka masing-masing dan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mendapatkan kamar.
Seorang petugas memanggil nama mereka setiap kali berhenti di setiap kamar, dan satu kamar berisi setidaknya delapan orang dengan empat kamar tidur tingkat. Sialnya saat nama Leo dipanggil, nama Darian dipanggil setelahnya.
Adelia merasa sangat kesal karena dia harus sekamar dengan Darian, tapi saat dia memikirkannya lagi, Darian belum pernah bertemu dengannya dan kejadian mengerikan itu tidak terjadi padanya. Jadi walaupun Adelia ingin memukul wajahnya, dia memilih untuk tenang dan mengabaikannya.
"Aku hanya perlu mengabaikannya dan menghindari pernikahan itu. Sekalipun Darian ada di sini, bukan berarti dia mengenaliku. Aku harus fokus pada masa depanku," ucapnya di dalam hati.
Adelia kemudian meletakan barang-barangnya dan kembali keluar dari kamar karena komandan pleton menyuruh mereka untuk kembali berkumpul di aula untuk hal yang tidak diketahui.
"Hei, Bro."
Adelia menoleh pada seseorang yang baru menepuk punggungnya. Dia adalah pemuda dengan kamar yang sama dengannya. Namun, Adelia belum sempat mengenalnya karena tidak ada waktu untuk berkenalan, mereka digiring seperti bebek untuk melakukan segala hal dengan cepat.
"Aku melihat aksimu tadi," ucap pemuda itu dengan semangat. "Woaah, kau benar-benar sangat hebat."
Adelia tersenyum. "Terima kasih untuk pujiannya."
Pemuda itu mengangguk dan memperlihatkan deretan gigi putih miliknya. "Tapi kau sangat kurus, bagaimana kau bisa begitu ahli dalam bertarung, dimana kau belajar bela diri?"
Adelia menatapnya sebelum seorang petugas meminta mereka untuk bergerak lebih cepat lagi masuk ke dalam aula.
Adelia tersenyum. "Aku belajar di jalanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ TAMAT ] Pria Cantik Itu Istriku. [Novel Life]
Roman d'amourKisah Adelia bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis yang memiliki masa depan mengerikan karena harus dijodohkan dengan orang yang sangat dia cintai, tapi pihak lain tidak mencintainya dan membiarkannya mati di dalam kebaran. Adelia tidak ingin hal i...