10. Itu Belum Tumbuh.

4.2K 710 14
                                    

Arthur menghela napas panjang, tidak ada henti-hentinya dia mengkhawatirkan buah hatinya yang paling dia sayangi dan cintai. Putri satu-satunya yang telah dia jaga selama tujuh belas tahun dengan sangat hati-hati, merawatnya sebagai harta karun yang paling berharga di hidupnya, menuruti semua keinginannya dan tidak membiarkan apapun melukainya.

Putri yang selalu ada di dalam pandangannya, seketika pergi meninggalkannya begitu saja, keluar dari rumah yang dia bangun untuk menjaganya tetap aman. Satu hari tidak melihatnya membuat Arthur memendam kerinduan sebesar gunung. Namun, sekarang sudah tiga bulan berlalu dan dia masih tidak bisa melihatnya, bahkan tidak bisa mendengar kabarnya, itu membuat hatinya sakit sampai berdampak pada kesehatannya yang kian memburuk hari demi hari.

"Dia akan baik-baik saja." Albert berada di sisi putranya, tidak bisa menutup mata pada kondisi putranya. "Akademi Keperawatan menjamin keamanan bagi murid-muridnya, ayah sudah mengirim orang untuk memastikan Adelia baik-baik saja, jadi berhentilah khawatir dan perhatikan kesehatanmu. Ini hanya dua tahun, waktu akan cepat berlalu."

Arthur tidak ingin berbicara dan hanya memalingkan wajahnya menghadap tembok dari ranjang rumah sakit, menatap selang impus yang terhubung pada tangannya dengan jarum.

Albert menghela napas dengan sikap putranya yang tidak memedulikannya, ini mengingatkannya pada Arthur kecil yang merajuk saat tidak diperbolehkan untuk membeli mainan kesukaannya.

Menggelengkan kepalanya sambil membersihkan kacamatanya, Albert kemudian menepuk pundak Arthur dan berdiri.

"Aku pastikan Adelia akan baik-baik saja, dan kau anggap saja ini sebagai cara dari Tuhan  memberi anak itu kesempatan untuk mendapakan pengalaman dan teman baru. Bagaimanapun caramu membesarkan Adelia adalah salah, aku tahu kau sangat menyayanginya, tapi Adelia adalah manusia, bukan burung yang selamanya harus tinggal di dalam sangkar."

—————

Addison sedang melakukan patroli malam bersama instruktur Harry dan instruktur Zain saat mendengar langkah kaki dari halaman dan pergi ke sana untuk melihat instruktur Deka berdiri di sana.

"Ada apa?" tanya Addison, tapi instruktur Deka hanya mengakat dagunya, menunjuk pada orang tengah berlari di lapangan.

"Ada apa dengan anak itu?" Mengenali siapa yang sedang berlari di lapangan, Addison tidak bisa untuk tidak bertanya lagi.

"Dia sepertinya sangat kesal akhir-akhir ini." Harry berkata.

"Apa itu karena dia terus mengalami kekalahan saat berhadapan dengan pemuda itu, siapa namanya?"

"Leo, Leo memiliki tubuh yang kebih kecil dan lebih pendek, tapi sepertinya dia memiliki pengalaman bela diri dari luar, kemampuannya bertarung memang tidak biasa, dan sebenarnya kunciannya cukup menyakitkan." Harry menjelaskan sambil mengusap lehernya, mengingat hari dimana dia yang ingin menguji kemampuan Adelia dan mendapat kuncian di leher, harus diakui saat itu dia juga cukup kuwalahan untuk melepaskan diri.

Addison menganggukan kepalanya, dia ingat pemuda berkulit cerah itu dan tentu saja dia juga ingat bagaimana perkembangannya. Di awal latihan, pemuda bernama Leo itu sedikit mengalami kesulitan dan sedikit tertinggal dari yang lain, tapi dalam satu bulan itu berubah menjadi perkembangan yang cukup singkat dan menakutkan.

Pemuda itu, meski memiliki tubuh yang kecil, stamina dan semangatnya benar-benar luar biasa dan pantas mendapatkan pujian. Namun, sebagai komandan pleton yang mengawasi jalannya pelatihan anggota Akademi Militer. Addison juga bisa melihat dengan sangat jelas bahwa di antara dua orang ini ... Addison menatap Darian yang hampir menyelesaikan putarannya.

"Mereka sepertinya memiliki permusuhan di luar Akmil." Harry menebak.

Addison mengangguk. "Kebencian mereka semakin jelas hari demi hari, mereka bersaing untuk menjadi lebih baik dari yang lain, tapi Darian sepertinya menjadi pihak yang tertinggal sekarang."

[ TAMAT ] Pria Cantik Itu Istriku. [Novel Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang