50.
"Kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?" Adelia bertanya setelah ibunya berencana pulang untuk mengambil barang-barang. Adelia selalu merasa tidak betah jika dia harus tinggal di rumah sakit, entah itu saat dia masih kecil, remaja hingga dewasa, dia tidak suka rumah sakit, terutama bau obat yang memenuhi ruangan.
Ibunya menatap putrinya yang baru saja dicampakan dan dikhianati seperti gadis biasa yang telah melupakan apa yang baru saja terjadi. Selalu seperti ini, putrinya selalu berlagak kuat dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
"Kau masih perlu dirawat, lagipula peraturan pemerintah menyatakan bahwa seseorang harus dirawat minimal tujuh hari agar bebas dari biaya. Sudah, jangan pikirkan apapun, makan tidur dan buang kotoran di rumah sakit selama satu minggu, aku akan kembali setelah mengambil barang-barang, mungkin ayahmu juga akan datang sebentar lagi."
Setelah mengatakan itu ibunya pergi. Adelia menatap pintu yang sekarang tertutup dan beralih pada cincin perak yang melingkar di jari tengahnya, itu adalah cincin pertunangannya dengan Tian. Menatap cincin yang telah dia kenakan selama satu tahun ke belakang, Adelia tidak bisa untuk tidak tersenyum kecut.
Perlahan melepas cincinnya dan melemparnya asal dan entah jatuh dimana, Adelia tidak peduli.
*Cincin menurut jari, setiap orang punya pandangan berbeda, tapi aku pernah baca di salah satu Manhua, dan aku ngambil referensi ini yang menjelaskan kalau cincin di ibu jari melambangkan kebebasan atau masih singgle, sendiri. Telunjuk, sahabat atau sedang mengejar seseorang, tengah telah dimiliki oleh seseorang/menjalin hubungan dengan seseorang, manis telah menikah, terakhir kelingking, sendiri bagi orang yang sudah pernah menikah, bisa karena perceraian atau ditinggal meninggal.
Tidak lama setelah itu ayahnya yang kaku datang, pria pendek yang mengenakan kaus belang-belang itu memiliki kulit cokelat gelap, bukti bahwa pria itu telah lama bekerja di bawah terik matahari, wajahnya juga sudah keriput dan badannya bau keringat.Pria itu meletakan satu kresek apel di atas meja dan interaksi mereka sangat canggung. Pria itu tidak mengatakan apa-apa tentang Tian yang mengkhianati putrinya. Namun, sebelum pergi pria itu mengusap kepala Adelia.
"Kebahagiaan akan datang padamu."
Adelia tersenyum memikirkan kata-kata ayahnya, pria yang kaku itu jarang berbicara dan selalu sibuk bekerja, tapi entah kenapa kata-kata pria itu selalu bisa membuat hatinya lebih tenang.
Setelah ayahnya pergi, Adelia sendirian dan merasa bosan. Meskipun dia mengalami kecelakaan yang cukup parah sampai mobilnya berguling-guling, ajaibnya dia tidak mengalami patah tulang dan baik-baik saja, dia hanya mengalami beberapa lecet dan memar di tubuhnya.
Menelusuri lorong rumah sakit sambil mendorong tiang infus, Adelia berjalan ke arah bangsal anak. Ada seseorang yang ingin dia temui.
Zoe, sahabatnya sejak kecil, teman bermainnya dari TK hingga SMA bahkan sampai saat ini setelah masing-masing memiliki jalan hidup yang berbeda. Zoe yang ingin menjadi dokter spesialis anak, kebetulan bekerja di rumah sakit tempat Adelia dirawat.
Adelia merasa kecewa, sahabatnya ini baru saja putus cinta dan teman baiknya bahkan tidak menjenguknya, apa Zoe terlalu sibuk bekerja sampai tidak memiliki waktu untuk menjenguknya?
Adelia bertanya-tanya.
"Sudah berapa kali aku bilang Tian tidak akan setia padamu." Pria itu-Zoe justru memarahinya begitu mereka bertemu.
Bibir Adelia mengerucut, tapi dia tidak mengatakan apapun.
"Aku juga sudah mengatakan bahwa dia hanya penasaran denganmu, karena kamu sulit untuk didapatkan, dia merasa memiliki tantangan untuk diselesaikan, dia membuangmu begitu dia mendapatkanmu." Zoe mencacinya tanpa perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ TAMAT ] Pria Cantik Itu Istriku. [Novel Life]
RomanceKisah Adelia bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis yang memiliki masa depan mengerikan karena harus dijodohkan dengan orang yang sangat dia cintai, tapi pihak lain tidak mencintainya dan membiarkannya mati di dalam kebaran. Adelia tidak ingin hal i...