06. 30 Putaran.

4.8K 728 17
                                    


0

6.

Esok paginya, pagi-pagi sekali Adelia bangun lebih awal, mengambil peralatan mandinya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok giginya. Namun, dia tidak mengira bahwa Darian ternyata sudah ada di sana dan sedang menggosok giginya.

Keduanya saling menatap sekilas sebelum Adelia memutuskan untuk mengabaikannya dengan memilih wastafel terjauh dari Darian untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Dia melakukannya dengan cepat, tidak ingin berlama-lama di tempat yang sama dengan Darian.

Namun, sepertinya Darian ingin berbicara dengannya setelah semalam keduanya tidak memiliki kesempatan untuk berbicara.

Di dalam kamarnya, Darian hanya memiliki seorang teman yang juga putra teman ayahnya. Penghuni kamarnya mungkin sudah tahu bahwa dia adalah putra jendral, jadi secara tidak langsung mereka menghindarinya.

Semalam, Darian melihat teman sekamarnya berceloteh tentang banyak hal hingga jam sembilan malam bahkan tawa mereka masih renyah, sampai seorang petugas memperingati mereka untuk tidur dan mematikan lampunya.

Darian tidak peduli dengan sikap mereka yang menghindarinya, tapi yang selalu mengganggu pikirannya adalah pemuda ini, pemuda yang ia tahu namanya adalah Leo. Pemuda mungil dengan kulit cerah dan berwajah cantik itu sepertinya tidak hanya menghindarinya, tapi juga membencinya bahkan sering kali menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

Darian tidak tahu kenapa pemuda itu membencinya, karena dia ingat dia tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya jadi dia bertanya.

"Kenapa kau terlihat sangat membenciku? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Adelia tertawa kecil saat Darian bertanya. Pikirannya berputar, apa yang harus aku jawab?

Haruskan aku menjawab aku membencimu karena dimasa depan kau adalah suamiku, tapi tidak bertanggung jawab padaku dan meninggalkanku dalam kobaran api sementara kau hidup bahagia dengan wanita lain? Tapi kejadian itu belum terjadi, dan Adelia tidak akan membiarkan itu terjadi bagaimanapun caranya. Lagi pula, itu terjadi pada pemilik asli, sekarang pemilik asli telah beristirahat dengan tenang.

Jadi, kenapa dia membencinya?

Menggaruk kepalanya, Adelia menjawab. "Itu hanya persaanmu." Sebelum pergi meninggalkan Darian. Sementara Darian menatap kepergiannya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

----------

Jam enam pagi, Komandan Pleton sersan Addison berdiri di tengah lapangan, tapi tidak melihat satu orang pun anggota baru Akmil yang telah berdiri di sana.

Dia segera memelototi bawahannya.

"Bagaimana kalian mengajari kumpulan bebek pemalas itu kemarin!" teriak Addison pada bawahannya.

Dua bawahannya gemetar.

"Siap sersan!" dua bawahannya segera memberi hormat. "Kami akan segera membawa mereka turun!"

Addison menatap geram, tapi dia tidak memberi peringatan lain selain melambaikan tangannya dengan kasar.

Dua bawahannya kemudian langsung berlari masuk ke dalam asrama dan meneriaki semua orang untuk keluar dari kamar. Teriakan mereka membuat penduduk asrama yang masih tidur terbangun, dan orang yang berada di dalam kamar mandi menjandi terburu-buru menyelesaikan aktivitasnya.

Lima menit kemudian, semua orang telah dipaksa berbaris di lapangan. Sebagian dari mereka bahkan belum sempat mengancingkan baju mereka.

Addison menatap mereka sambil mondar-mandir ke kanan dan ke kiri, memperhatikan setiap orang dengan matanya yang tajam.

[ TAMAT ] Pria Cantik Itu Istriku. [Novel Life]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang