"Mataku semakin terbuka, dan bisa melihat mereka yang sudah tiada."
Cairan merah kental merembas, berlumuran disekitar tubuh bagian atas. Pisau di tangannya terus menyayat seekor kelinci hidup, hingga organ dalam kelinci itu keluar dan berserakan di atas meja praktikum.
"R-Rama," lirih Sara dengan bibir bergetar dan kaki gemetar.
Rama berbalik perlahan, ia menatap pecahan kaca dari gelas yang terjatuh di lantai. "Sara, apa yang kamu lihat?" tanya Rama masih merunduk.
"Sosok tanpa kepala," kata Sara membuat Rama berkeringat dingin.
Sara mendelik, ketika ia melihat kelinci itu mati dengan cukup tragis. Bagian usus dan jantung dari seekor kelinci itu keluar, menghasilkan darah segar dan organ dalam yang berceceran di lantai.
Bola mata Sara terus tertuju pada sosok yang tidak berkepala, lehernya berlumuran darah begitu juga dengan bagian perutnya yang berlubang dan sudah membusuk. Rama memejamkan sepasang matanya, sembari hidung yang mendengus bau tidak sedap di dalam ruangan itu.
"Sar, kita harus pergi dari sini," ucap Rama mengeratkan genggaman tangan, pada lengan Sara.
"Ram, hitungan ketiga. Kita lari ke arah pintu, ya," lirih Sara mulai menghitung dengan jari di bawah. "Satu ... dua ... tiga ...."
Dalam hitungan ketiga, Sara dan Rama berlari secara bersamaan menuju pintu. Keduanya mencoba membuka pintu yang tertutup rapat, tetapi pintu itu justru tidak bisa dibuka. "Ram, coba dobrak pintunya!" suruh Sara panik.
Rama mengangguk, lantas membenturkan tubuhnya ke pintu berkali-kali. "Ah, nggak bisa, Sar. Pintunya kekunci dari luar, kayanya ada yang sengaja mengunci kita berdua di dalam," kata Rama.
"Pintunya nggak kekunci dari luar, tapi dari dalam. Lihat, kuncinya masih ada di sini." Sara mencoba menarik kunci yang masih tergelantung di pintu itu, hingga telapak tangannya memerah dan panas.
"Sar, tangan kamu terluka," larang Rama meraih tangan Sara yang sudah sedikit sobek dan berdarah, karena menarik kunci itu dengan paksa.
"Biar aku yang coba buka kuncinya." Rama memutar kunci itu ke kanan-kiri. Namun, tetap sama. Pintu itu tetap tidak bisa terbuka.
Sara mendengus kesal, ia berbalik ke belakang. Sosok hantu tanpa kepala itu masih berada di sana, dengan darah dan organ dalam kelinci di tangannya. Sara memicingkan mata, saat sosok itu mengambil sebuah pisau pemotong daging di atas meja.
"Rama, awas!" teriak Sara mendorong tubuh Rama ke samping.
Mata Rama dan Sara terpejam, kemudian terbuka pelan-pelan. "Ram, kamu gakpapa 'kan?" tanya Sara melihat pisau daging itu meleset ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMPUS KERAMAT [ END ]
Horror[ SEBELUM MEMBACA, DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !!! ] > Mengandung ketegangan yang berkepanjangan > Penakut jangan baca "Bangunan yang orang lain lihat, tidak sama dengan yang aku lihat." Sara Diana dan temannya, Rama datang sebagai mahasiswa b...