Chapter 07 'Gangguan Dari Sarah

747 84 25
                                    

"Aku mulai terusik karena teman yang tidak bisa terlihat."

Langkah Sara begitu buru-buru memasuki rumah, ia tidak ada berhentinya untuk mencari keberadaan Liu Changhai-papahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Sara begitu buru-buru memasuki rumah, ia tidak ada berhentinya untuk mencari keberadaan Liu Changhai-papahnya. Lalu, ia melihat ke arah dapur, tampak Arumi tengah sibuk memasak di sana, Sara pun menghampirinya dengan napas yang tersengal-sengal.

"Mah, Mah, papah di mana?" tanya Sara kepada Arumi.

"Papah, kamu masih berdagang di pasar, Nak."

"Kapan papah pulang?" tanya Sara membuat Arumi berhenti memotong bawang.

"Kamu kenapa? Nggak biasanya kamu mempertanyakan papah seperti ini," ujar Arumi curiga.

"Mah, Sara, butuh papah sekarang."

"Tapi, papah kamu sedang bekerja. Dia pulang dari pasar, kalo sudah petang," sanggah Arumi.

"Sara, akan menyusul papah ke pasar," kata Sara disergah oleh Arumi.

"Jangan, kamu jangan ke sana. Pasar, terlalu berbahaya buat kamu," katanya.

"Tapi, Sara, butuh papah."

"Banyak orang jahat di sana, Mamah, nggak mau kamu kenapa-kenapa, Nak."

"Mah, Sara-"

Arumi memeluk Sara, ia membawa kepala Sara ke dalam dekapannya. "Ada apa, Sayang? Apa kamu nggak diterima di kampus itu?"

Sara menggeleng, ia menahan isak tangisnya. "Mah, Sara, melihat hantu yang baru aja meninggal satu minggu yang lalu. Dan, formulir itu palsu."

"Coba kamu ceritakan dengan tenang, biar Mamah paham." Arumi mematikan kompor, lalu mengajak Sara untuk duduk di sofa ruang tengah.

"Jadi, formulir yang Sara dapatkan itu dari hantu bukan dari manusia."

"Mana bisa hantu kasih formulir itu, Nak," kekeh Arumi tidak percaya.

"Mah, Sara, nggak bertemu sama petugas pendaftaran. Tapi, Sara, bertemu dengan hantu!" seru Sara.

"Maksud kamu hantu, apa?" sambar Antonio yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah.

"Anton, kamu sudah pulang bekerja?" tanya Arumi ketika mendapati anak sulungnya datang.

"Udah, Mah." Antonio mengambil posisi duduk di depan Sara.

"Koko, formulir yang papah isi kemarin itu ternyata kertas kosong biasa. Karena Sara, bertemu dengan seorang bapak-bapak yang ternyata udah meninggal. Harusnya, Sara, bertemu sama ibu-ibu petugas pendaftaran, tapi-"

KAMPUS KERAMAT [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang