Chapter 23 'Cinta Beda Dunia

499 68 1
                                    

"Mereka yang berbeda alam, apa bisa jatuh cinta?"

Seorang dosen perempuan yang terlihat sudah paruh baya, terduduk di atas kursi roda dengan kedua matanya yang tertutup oleh kain kasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang dosen perempuan yang terlihat sudah paruh baya, terduduk di atas kursi roda dengan kedua matanya yang tertutup oleh kain kasa.

"Jadi, Mahasiswa itu menusuk kedua matanya?" tanya Sara, dibalas anggukan dari Mahasiswi yang berdiri di sebelahnya. "Kalo lo lihat kejadian tadi pagi, lo pasti nggak akan bisa tidur nyenyak malam ini. Beruntung, gue nggak lihat kejadiannya cuman dapat cerita dari senior," kata mahasiswi tersebut.

Sara bergidik, ia menelan ludah berat. Kejadian yang dosen itu alami, sama persis dengan kejadian dimimpi aku semalam. Dan, luka di kedua mata dosen itu, sama seperti luka nenek tua berkursi roda, yang menjadi korban perampokan, batin Sara.

"Terus, sekarang Mahasiswa yang melukai dosen itu di mana?"

"Mahasiswa itu dikurung di gudang, karena takut ada korban lagi, jadi satpam kampus bawa Mahasiswa itu ke gudang, biar nggak melukai siapa pun di kampus ini."

Dosen itu dibawa ke ruang kesehatan, sementara Mahasiswa-mahasiswi masih berkerumun untuk sekedar menonton, hingga akhirnya seorang Rektor membuat kerumunan itu bubar secepatnya. Mahasiswa-mahasiswi pun berhamburan tidak tahu arah, sebagian ke arah kantin sebagian lagi masuk ke ruang kelas.

"Sara, aneh banget, ya," ujar Rama ketika berjalan di samping Sara, menuju ke arah ruang kelas.

Sara menoleh. "Anehh kenapa?"

"Ya, aneh. Masa dosen itu bisa selamat, padahal kedua matanya udah ketusuk sama pisau. Dan, harusnya dosen itu banyak kehilangan darah 'kan?"

"Jadi, kamu mau dosen itu meninggal?"

"Bukan gitu, Sar. Cuman menurut aku aneh aja, kalo dosen itu bisa kembali ke kempus, dengan keadaan baik-baik aja,"

TUK! TUK!

Langkah Sara dan Rama terhenti, keduanya saling melempar pandangan saat mendengar suara seperti ketukan dari sebuah pintu. Rama membulatkan bola mata, sepasang kakinya gemetar.

"Kamu dengar suara, Sar?" tanya Rama ragu.

Sara mengangguk, kemudian mendekatkan langkahnya ke sebuah ruangan di samping Rama. "Suara itu berasal dari ruangan ini, Ram."

Rama menoleh ke arah Sara, langkahnya mundur ketika suara ketukan kembali terdengar. "Sara, le-lebih baik kita pergi dari sini."

"Kenapa?"

"Sara, di sini sepi. Terus itu gudang, mana mungkin ada orang di dalam."

KAMPUS KERAMAT [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang