Chapter 32 'Misteri Jatuh Cinta

518 61 1
                                    

“Ternyata, tidak hanya mereka yang setiap saat ada di dekatku. Tapi, dia yang aku cinta juga selalu berada di dekatku.”

"Ya, kalian berdua lanjut pacaran lah"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, kalian berdua lanjut pacaran lah"

"Kalo sama-sama suka itu diungkapkan, jangan dipendam sendirian. Nggak enak mencintai dalam diam, soalnya kalo patah hati susah cari obatnya," lanjutnya.

"Susah kenapa, Kak?"

"Karena mencintai dalam diam itu, butuh obat buat luka dalam 'kan? Jadi, obat luka dalam itu susah dicarinya," jawabnya, membuat Sara terkekeh geli.

"Mungkin, di rumah sakit ada, Kak."

"Rumah sakit mana yang jual obat luka dalam, buat orang yang patah hati. Karena mencintai dalam diam?"

"Rumah sakit Cinta Kasih."

Farrel tertawa terbahak-bahak saat mendengar jawaban dari Sara, ia sesekali memukul stir mobil karena tidak bisa menahan tawanya. Sampai, perjalanan itu terasa begitu singkat. Mobil Farrel berhenti di pintu masuk sebuah hutan, Sara pun bergegas keluar dari dalam mobil.

"Sar, rumah lo di sini?" tanya Farrel membuka sedikit kaca jendela mobilnya.

"Iya, Kak. Masuk ke dalam, jadi mobilnya nggak bisa ikutan masuk."

"Yaudah kalo gitu, lo hati-hati, ya."

"Iya, Kak Farrel juga hati-hati di jalan. Dan, makasih udah kasih tumpangan.” Farrel hanya tersenyum, dari balik kaca jendela yang terbuka sedikit, setelah Sara ke luar dari mobilnya.

Deru mobil Farrel semakin menjauh, sehingga Sara melangkah memasuki hutan yang tidak begitu lebat itu, memicingkan mata setiap kali penglihatannya menangkap sosok makhluk tak kasa mata yang menampakkan diri. Langkahnya tiba di rumah, menatap kesunyian di dalam. “Udah jam dua belas malam, mamah sama papah khawatir nggak, ya, karena aku pulang selarut ini," desis Sara pelan.

Sara memasuki kamarnya, ia membasuh wajah kusamnya sebelum menuju ke ranjang empuk miliknya itu. "Semoga besok pagi, aku udah nggak lihat arwah-arwah yang berkeliaran di kampus itu."

"Sara, bagaimana Rama? Dia belum membalas perasaanmu?" tanya Sarah, yang tiba-tiba terlihat di pantulan cermin kamar mandi. Lantas, Sara membalasnya dengan gelengan kepala.

"Besok kamu katakan lagi ke dia,” suruh Sarah.

"Sarah, aku ini perempuan. Jadi nggak seharusnya perempuan mengatakan perasannya langsung ke laki-laki yang dia suka."

KAMPUS KERAMAT [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang