Chapter 21 'Lorong Selatan

473 71 0
                                    

"Membuka pintu sama saja mengundang keberadaan mereka."

TING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TING!

Bel pulang menggema, seluruh Mahasiswa-mahasiswi berhamburan ke luar dari gapura kampus. Sementara, Sara dan Rama berjalan menuju kantin dengan langkah tergesa-gesa.

"Hai, Kak," sapa Sara kepada senior-senior yang berada di sana.

"Lama banget ke luar kelasnya," decak Candy.

"Maaf, Kak. Tadi dosennya kasih tugas tambahan, jadi keluarnya sedikit lama." Sara mengambil posisi duduk di bangku panjang.

"Kita mau ngapain di sini, Kak?" tanya Rama dibalas tatapan tajam dari mereka.

"Mencari tahu sesuatu."

"Sara, lo 'kan bisa lihat hantu. Coba lo lihat ke arah sana, ada yang mencurigakan atau nggak?" suruh Farrel.

Sara berdiri, melangkahkan kaki ke arah sudut kantin. Dari sana tampak jelas sebuah bangunan ada di sebelah Selatan, penglihatan Sara masih mengamati bangunan yang terlihat sepi, sunyi dan gelap.

"Itu ... bukan sosok pribumi," gumam Sara ketika melihat sosok berambut cokelat, dengan dress putih selutut, dan kulit yang putih.

"Maksud kamu, Sar?" tanya Rama padanya.

"Aku lihat, ada sosok lain di sana. Nggak hanya arwah dari korban tumbal, tapi ada sosok lain di sana yang jauh sebelum kampus ini di bangun."

"Sosok lain seperti apa, Sar?" tanya Farrel.

Sara tidak menjawab pertanyaan Farrel, justru ia berlari menuju ke arah Selatan. Rama dan senior lainnya pun bergegas menyusul kepergian Sara, mereka semua memasuki area terlarang kampus Bima Sakti.

"Sara!!" teriak Rama menarik pergelangan tangan Sara, ketika ia hendak masuk ke sebuah ruangan, yang bertuliskan nomor tiga belas pada pintu tersebut.

"Sar, jangan masuk!" larang Farrel.

"Aku harus masuk, supaya aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam."

"Iya, tapi jangan sekarang, Sara."

DEK! DEK!

Sara, Rama, Candy, Farrel, Dion dan Nana berbalik, mereka semua menangkap seseorang tengah berjalan dikegelapan. Sebuah benda panjang dan runcing dibawanya dengan cara diseret di lantai, wajah seseorang itu tidak terlihat begitu jelas; karena kondisi lorong yang teramat gelap.

KAMPUS KERAMAT [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang