Chapter 16 'Ruangan Fakultas Biologi

490 66 0
                                    

"Dia membedah perut hewan, seperti sedang merobek kertas."

"Sar, aku ikut, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sar, aku ikut, ya."

"Tapi, gadis itu?" Sara memandang gadis yang masih terbaring lemah di atas ranjang.

"Dia gakpapa kalo di sini sendiri, lagian ada dokter 'kan."

Sara mengangguk, lalu melangkah keluar dari ruang kesehatan itu bersamaan dengan Rama. Keduanya pun berjalan saling berdampingan, untuk menuju ke ruang Rektor.

"Kenapa aku di panggil sama Rektor, ya, Ram," ujar Sara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mungkin karena gadis yang kesurupan itu," duga Rama membuat degup jantung Sara berdetak kencang.

Sara mengetuk pintu, membuka pelan pintu itu lantas memasuki ruangan ber-AC itu. Keringat dingin yang tadinya keluar, kini hilang karena suhu ruangan yang begitu dingin.

"Kamu yang namanya Sara Diana Hanzi?" tanya Rektor yang terduduk di kursinya, dengan kaki kiri yang bertumpu di kaki kanan.

"Iya, Pak." Sara merunduk, enggan menatap wajahnya yang sangar, beserta perut buncitnya itu.

"Apa yang sudah kamu lakukan tadi?" tanyanya membuat Rama angkat bicara.

"Maaf, Pak. Tapi, Sara tadi cuman mau menolong gadis itu."

"Saya nggak bertanya sama kamu, dan keperluan saya itu hanya sama Sara."

Sara masih merunduk, ia melipat bibirnya. Kemudian, Rama kembali bersuara. "Urusan Sara, urusan saya juga, Pak."

"Kamu pacarnya dia?"

"Saya sama Sara cuman teman. Tapi, saya nggak mau Sara sampai terlibat masalah di kampus ini, Pak."

"Kalau gitu kamu juga akan mendapatkan hukuman, karena kamu sudah membela dia."

"Pak, saya hanya menolong gadis itu. Karena dia sedang kesurupan, dan kalo nggak ditolong ... gadis itu bisa-bisa melukai dirinya sendiri," lirih Sara tetap merunduk.

"Di kampus ini, memang sering kejadian seperti itu. Jadi, nggak perlu heran. Dan, setiap kali ada calon mahasiswa-mahasiswi baru, pasti akan ada yang kesurupan. Nanti, juga dia sembuh sendiri. Jadi, jangan mencoba untuk menyembuhkan anak yang kesurupan, memangnya kamu ini dukun?!"

Sara mendongak, mencoba mengamati wajah sangar itu. "Pak, saya bukan dukun. Saya cuman mau menyelamatkan gadis itu, kalo dibiarkan akan bahaya buat mahasiswa-mahasiswi lainnya juga."

KAMPUS KERAMAT [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang