Chapter 33 'Kebebasan dan Pengakuan

582 69 4
                                    

"Aku ingin menyatakan perasaan, tapi bagaimana dengan Tuhan?"

"Aku ingin menyatakan perasaan, tapi bagaimana dengan Tuhan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semuanya, tolong berkumpul di lapangan upacara!"

"Kenapa Kak Farrel mengumpulkan semua Mahasiswa-mahasiswi di lapangan upacara?" tanya Sara lagi.

"Udah ayo kita ke sana aja," ajak Rama.

"Ada apa sih, Rel?" tanya salah seorang mahasiswi yang mendekat.

"Untuk semua dosen, dekan, karyawan dan Mahasiswa-mahasiswi Universitas Bima Sakti, tolong berkumpul di lapangan upacara sekarang juga. Karena saya, mau memberikan sebuah pengumuman sekaligus kabar bahagia untuk kita semua."

Seluruh warga kampus pun berbondong-bondong ke lapangan upacara, mereka semua berkumpul menjadi satu di bawah teriknya matahari pagi. Setelah semuanya berada di sana, Farrel mulai memandang satu per satu orang-orang di hadapannya.

"Sebelumnya, saya sangat berterima kasih kepada kalian semua. Terutama kepada dosen, dan pak Rektor yang sudah menempatkan diri di lapangan upacara."

"Farrel, apa yang mau kamu bicarakan? Cepat! Kelas sebentar lagi mau dimulai!" tegas salah satu Dekan dengan wajah sangar.

"Saya minta waktunya sebentar, pak. Karena ada kabar bahagia yang menyangkut tentang kampus ini, dan kita semua yang ada di sini," ujar Farrel tersenyum.

"Apa, kak Farrel mau kasih tahu kalo kampus ini udah aman dari arwah tumbal?" bisik Sara membuat Rama mengangguk.

"Jadi, setelah bertahun-tahun Universitas Bima Sakti ini dikenal sebagai kampus keramat. Karena begitu banyak nyawa yang hilang secara mendadak, dan peraturan-peraturan yang nggak masuk akal." Farrel mulai berbicara, dengan kedua tangan ia gendong di belakang.

"Hari ini, saya menyatakan Universitas Bima Sakti udah terbebas dari peraturan-peraturan konyol itu. Dan, Universitas Bima Sakti udah aman dari arwah-arwah penasaran, dan juga teror. Jadi, udah nggak akan ada lagi yang menjadi korban tumbal berikutnya."

Seluruh warga kampus terdiam, sorot mata mereka memandang Farrel di atas mimbar. Mereka semua kebingungan, bahkan ada yang membuka mulutnya karena perkataan Farrel barusan.

"Kenapa kalian semua diam? Yang dikatakan kak Farrel itu benar, kampus Bima Sakti udah aman dari ritual tumbal. Dan, kalian semua udah boleh ke arah Selatan," timpal Rama yang sejak tadi berdiri di sisi mimbar.

"Peraturan-peraturan yang ada di madding, nggak usah dijalankan lagi. Karena kampus Bima Sakti, udah bebas dari semua peraturan ataupun larangan." Sara berjalan ke arah madding, lantas membuka kaca bening itu untuk mengambil kertas, yang bertuliskan peraturan kampus. Lalu, merobeknya secara brutal.

KAMPUS KERAMAT [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang