Chapter 06 'Sorry, Tidak Sengaja

856 87 10
                                    

"Bertemu atas ketidak sengajaan dan dipertemukan sesuai jalan takdir Tuhan."

"Ayo turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo turun." Dengan sigap Rama menggenggam tangan Sara, dan membawanya turun dari dalam bus.


"Aduh," rintih Sara pada saat hendak terjatuh.

"Hati-hati, Sara." Rama mengusap lengan Sara yang tersenggol oleh sesuatu sehingga membuatnya merintih kesakitan.

Sara memicingkan mata. "Jahil banget sih," decaknya.

"Siapa yang jahil?" tanya Rama menaikkan satu alisnya.

"Ahm ... nggak," jawab Sara memandang Rama.

Sara berjalan dengan pandangan yang tetap menengok ke belakang, ia melihat sosok wanita yang tadi hendak membuatnya terjatuh dari dalam bus. Wanita itu memandang Sara pula, tanpa senyuman bahkan bibirnya terlihat begitu pucat.

"Ya, Tuhan!" jerit Sara dalam hati, pada saat dirinya menangkap sepasang kaki wanita itu tidak menapak di tanah.

Jadi benar, kalo wanita itu hantu. Seharusnya aku bisa mengendalikan diri aku sendiri. Tapi, mereka selalu muncul secara tiba-tiba, tanpa aku tahu tanda-tandanya. Jadi, wajar kalo aku kaget, batin Sara memendam kekesalannya.

"Sar, kalo kita daftar di Fakultas yang sama dan satu kelas. Kamu mau 'kan, duduk bersebelahan sama aku?" tawar Rama, tetapi diacuhkan oleh Sara.

"Sara!" panggil Rama ketika Sara melepaskan tangannya dari genggaman Rama, lantas Sara berlari meninggalkannya.

Langkah Sara terlalu cepat, dengan deru napas yang mulai tidak beraturan. Sara tersandung sesuatu, yang membuatnya tersungkur. Telapak tangan Sara menyentuh aspal jalanan, kelopak mata terpejam kuat dengan tiba-tiba.

"Aa!" jerit Sara membuka matanya.

Kali kedua, vision Sara kembali membawanya masuk ke dalam portal alam ghaib. Penglihatan itu, telah membuatnya kebingungan kali ini. Sara melihat kota yang tadinya ramai, kini sepi dan penuh keheningan.

"Aku di mana," ucap Sara dengan cairan bening yang terjatuh di pipinya.

Sara berdiri, sepasang kakinya melangkah pelan menuju rerumputan lebat yang ada di depannya. "Apa aku dapat penglihatan lagi," lirih Sara menelan ludahnya.

Langkah kaki terhenti, begitu pula dengan Sara yang terbelalak. Suara kericuhan terdengar dari arah belakang, Sara berbalik dan memandangnya ragu. Sekumpulan prajurit kolonial Belanda yang membawa senjata 'lewis,' tengah memperbudak beberapa kaum pria.

"Ini di tahun berapa?" tanya Sara dalam hati, ia memperhatikan pakaian-pakaian yang orang-orang itu kenakan.

Kaum pria tampaknya sedang mengerjakan sebuah pekerjaan, tetapi disekeliling mereka terdapat prajurit yang menjaga selayaknya satpam keamanan. Pekerjaan yang dilakukan ialah membuat jalan rel kereta api, yang mengharuskan seluruh tenaga.

KAMPUS KERAMAT [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang