[ SEBELUM MEMBACA, DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !!! ]
> Mengandung ketegangan yang berkepanjangan
> Penakut jangan baca
"Bangunan yang orang lain lihat, tidak sama dengan yang aku lihat."
Sara Diana dan temannya, Rama datang sebagai mahasiswa b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nggak mungkin, Candy kaya gini karena dia udah kehilangan dua temannya. Pertama Nana, sekarang Dion. Jadi, nggak mungkin kalo Candy gila," bantah Farrel keras.
"Tapi, Kak, di buku keramat ini tertulis kalo yang melanggar peraturan akan ...."
"Lebih baik lo diam!" tegas Farrel membuat Sara melipat bibirnya takut.
"Rama, bantu gue angkat Dion keluar dari sini," suruh Farrel setelahnya.
Rama pun mengiyakan perintah Farrel, keduanya mengangkat tubuh Dion yang sudah kaku, dengan cairan merah pekat yang terus mengalir dari lubang hidung serta mulutnya.
"Kak Candy, yang sabar, ya." Sara kemudian merangkul bahu Candy, dan membantunya berdiri
"Kak, kita bawa Kak Dion ke mana?" tanya Rama bingung.
"Kantin."
Farrel dan Rama meletakkan tubuh Dion yang sudah tidak bernyawa di bangku panjang itu, lantas Farrel mulai menelepon rumah sakit untuk mengirimkan sekitar lima ambulance ke Universitas Bima Sakti.
"Ram, lo tunggu di gerbang kampus. Nanti kalo ada perawat dari rumah sakit, langsung suruh ke sini, ya." Farrel kembali membuat perintah kepada Rama.
"Sendirian, Kak?"
"Lo takut sendirian?"
Rama menggeleng ketika melihat sorot mata tajam dari Farrel. "Nggak kok, Kak." Rama berlari keluar dari kampus, dan menunggu lima ambulance yang akan datang.
"Dion!! Buka mata lo!" raung Candy memukul-mukul dada bidang Dion. Namun, tidak ada pergerakan darinya.
"Can, Dion udah nggak ada." Perkataan Farrel membuat tangisan Candy semakin pecah.
"Nana?! Dia mana? Dia harus tahu, dia harus tahu keadaan Dion sekarang," ucap Candy melantur.
"Ahgs! Nana, juga udah nggak ada, Candy!" bentak Farrel pada Candy.
Candy menggeleng, ia terduduk lemas di lantai. "Mereka berdua nggak bisa pergi secepat ini, mereka berdua nggak mungkin meninggalkan gue sendirian."
Farrel berlutut di hadapan Candy, meraih dagunya. "Dengerin gue, lo nggak sendirian. Masih ada gue di sini, dan gue nggak akan meninggalkan lo."