chapter 5

11.7K 1.3K 73
                                    

"kamu itu seperti bintang, yang indah dilihat tapi susah digapai"
-ADINTA


"ayooo cepetaaaan nanti keburu haus Briannyaa" Tangan Adinta terus saja ditarik paksa oleh Tamara menuju lapangan basket

"ya sabaaarr" sedikit kesal rasanya Adinta ditarik seperti kambing mana sekolah sudah mulai sepi karna jam pulang telah lewat 10 menit yang lalu, hanya anak ekskul basket dan mereka berdua saja yang tersisa sepertinya.

Adinta dan Tamara setiap kamis memang pulang lambat dikarenakan menunggu anak basket latihan terlebih dahulu, tepatnya Tamara sih yang menunggu Adinta hanya sebagai bodyguard berjalannya Tamara saja untuk memastikan anak itu baik baik saja, sesayang itu Adinta kepada Tamara.

mereka berdua mulai mendudukkan diri dipinggir lapangan basket begitu sampai, anak basket biasanya memakai lapangan basket indoor sekolah SMA Raflesia supaya tidak terlalu kena terik matahari katanya.

Tamara begitu semangat seperti biasa melihat Brian mendrible bola dan berlari menuju ring basket dengan keringat yang bercucuran di dahi dan leher, errrr so sexyyyy~

Adinta biasanya juga ikut bersemangat namun entah mengapa hari ini moodnya berubah ubah dengan cepat, seperti sekarang ia tengah memandang seorang Pangeran SMA Raflesia dengan tatapan malas

Adinta memang selalu meperhatikan Pangeran sekolah itu saat menemani Tamara menonton pacarnya, selain nikmat dipandang Pangeran SMAnya itu juga sangat jago dalam olahraga basket makanya tak dipungkiri bahwa dialah sang kapten dalam Timnya.

Arsalan Waradana. sang pangeran sekolah dengan ketampanan yang luar biasa, memiliki skill basket yang menjadi kebanggaan sekolah, bertubuh atletis dan berwajah tampan sungguh membuat Adinta mengaguminya. yah, Adinta mengagumi Arsalan tapi ia hanya mampu mengagumi dari jauh

Adinta sadar diri bahwa saingannya banyak yang lebih darinya, sang pangeran sekolah ini bagaikan siswa no 1, bukan hanya Adinta saja bahkan 99% perempuan dari SMA Raflesia juga mengaguminya

Adinta hanya mengagumi dan menyukai dari jauh, ahh bahkan dia sendiri terlalu takut untuk menyukai dan jatuh cinta kepada Arsalan, entahlah dirinya hanya takut menjadi sebutir debu dari serbuk berlian itu.

"

lapin" suara Brian memecah lamunan Adinta

ia menoleh dan melihat Tamara sedang mengelap keringat Brian dengan hati hati menggunakan handuk kecil, huuft ini bagian yang paling tidak disukai oleh Adinta yaitu menyaksikan keuwuan antara Tamara dan Brian.

sibuk memandang sinis kearah samping tepatnya ke arah kedua sejoli yang sedang asik bermesraan itu Adinta jadi tidak menyadari sudah ada dua lelaki dengan napas yang kurang stabil akibat terlalu banyak berlari dan melompat, 2 tubuh yang berbalut seragam latihan basket yang terlihat basah itu memandangi Adinta sedari tadi

merasa ada yang memperhatikannya Adinta mulai menengokkan kepalanya ke arah depan, ke arah dua lelaki yang menatapnya dengan serius

keduanya sama sama memasang wajah datar tak bisa ditebak, cukup terkejut Adinta namun namanya rezeki ditatap kedua manusia tampan tentu saja Adinta tidak menyia nyiakannya

ia menatap dalam diam kedua wajah tampan dihadapannya ini, sampai salah satu dari mereka memajukan tubuhnya lebih dekat ke Adinta

"gak bawa minum Din?" tanya Ray yang sudah jelas itu adalah basa basi karena ditangan Adinta kini memegang 1 botol mineral ukuran tanggung

ADINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang