chapter 16

7.7K 1K 63
                                    

  "aku adalah gadis yang dikuatkan oleh dendam. jadi, jangan pernah berharap kau bisa mendapatkan rasa dariku"

"mau ngapain emang sama papa hm?" tatapan lembut itu masih Raga tujukan untuk Adinta

"ya mau kenalan laaah"

"habis kenalan ngapain lagi?" tanya Raga lagi dengan muka jahilnya

"aku gebet!" jawab Adinta, gadis itu masih setia duduk diatas pangkuan Raga

"HAHAHA ngaco kamu" ujar Raga menjitak kepala pacarnya pelan

"kan bagus tuh kalo jadi sinetron" Adinta terkekeh

"pacarku adalah gebetan ayahku" lanjut Gadis itu membuat Raga lagi dan lagi terbahak

"ibuku tertikung oleh kesayanganku" sambung Raga, mereka tertawa ngakak bersama

"HAHAHAHA aduh perut Tata sakit HAHAHAHA" 

tok tok tok

Tawa nyaring Adinta seketika berhenti mereka dengan cepat berganti posisi dengan Adinta yang duduk di sofa dan Raga yang kembali ke mejanya

"masuk" pintu terbuka dan terlihatnya Fina dengan membawa kertas laporan 

"kak ini laporan koprasi kemarin" Fina menaruh laporan itu ke atas meja Raga

"ekhem. itu aja kan? ya udah balik ke kelas" ucap Raga canggung seperti baru saja terciduk berbuat yang tidak-tidak

Fina berbalik dan berjalan ke arah pintu sebelum ia keluar Fina melirik Adinta dengan sinis terlebih dahulu

"apasi julid banget itu muka punya hutang aja kagak gue sama dia" kesal Adinta saat pintu tertutup

"udah gak usah marah-marah nanti muka kamu makin gemes" sahut Raga masih setia duduk di atas kursinya

"aku selesein ini dulu" lanjutnya tanpa mengalihkan pandangan pada tumpukan kertas dihadapannya

"huum" Adinta mentiarapkan tubuhnya lalu mengeluarkan handphonenya dan mulai menonton episode terbaru drama korea yang sedang on going  

setengah jam berlalu Raga telah menyelesaikan tugasnya hari ini. Ketos itu berjalan mendekati Adinta yang rupanya gadis itu sudah tak sanggup menahan rasa kantuk sebelah tangan yang dipakainya untuk memegang ponselnya itu menjuntai di sofa. Raga menyelipkan rambut Adinta yang menutupi wajah gadis itu kebelakang telinganya

tangan Raga terulur mengambil ponsel yang masih menayangkan drama korea "pantesan pacar gue galak yang ditonton aja psikopat begini anjir" gumam Raga saat melihat adegan dimana seorang lelaki yang memakai jas dengan santainya menembak dahi musuhnya

Raga mematikan ponsel itu lalu menaruhnya di saku baju seragamnya. matanya saat ini sedang meneliti wajah Adinta saat tertidur, kenapa gadis ini saat tertidur terlihat sangat lelah?

Ketua osis itu kini sedang duduk dihadapan wajah Adinta memandangi wajah cantik itu tanpa bosan tangannya terulur untuk mengusap kepala gadisnya

mata Adinta terbuka pelan terlihat pinggiran matanya yang bagian berwarna putih itu menjadi sedikit kemerahan tanda ia benar-benar tertidur tadi

"enghh hoaaam" perempuan itu menguap dan mengerjapkan matanya berkali-kali membuat Raga kegemesan sendiri. kedua tangannya meraup wajah Adinta lalu mengecupnya berkali-kali

cup cup cup cup cup

"ish udah ih" ucap Adinta dengan suara serak menjauhkan wajah Raga 

"masuk kelas gih pak Rudi udah keluar itu" Adinta mengangguk lalu berjalan pelan keluar ruangan

"PULANG SEKOLAH AKU TUNGGU DI MOBIL" 

"IYAAA"

saat memasuki kelas dan duduk dikursinya Adinta merogoh sakunya untuk mencari ponselnya itu "tunggu. gue lagi ngerdrakor terus tiba-tiba gelap nah ponsel gue-"

"RAGA SIALAN" pekik Adinta keras sontak membuat para murid dikelas mipa 1 terlonjak kaget 

"woy bontot kualat lo ngatain ketos!" seru Adit sang ketua kelas menjitak kepala Adinta yang duduk disebelahnya untung saja kelas saat ini sedang tidak ada guru. Adit termasuk orang yang paling akrab dengan Adinta dikelas, lelaki ini pintar makanya Adinta jadikan lahan contekan dengan alasan berteman dekat. oh ayolah yang bilang Adinta jahat mungkin tidak sadar bahwa berteman dengan orang yang tidak ada manfaatnya itu tak berguna alias membuang waktu saja!

Adinta kembali duduk dikursinya untung saja chat Alan telah ia sembunyikan jadi tidak perlu khawatir jika Raga memeriksa handphonye itu. tak lama Gadis itu duduk Bu Leha guru matematika masuk membuat mata Adinta menjadi bersemangat seketika, inilah pelajaran yang disukainya. 

disaat murid lain dengan malas-malasan belajar matematika beda halnya dengan Adinta yang saat ini fokus mendengarkan Bu Leha menjelaskan rumus bahkan sesekali tangan putih mulus itu mencatat rumus-rumus dibuku catatannya. 

kriiiiing kriiiiiing kriiiiiiing

ternyata benar jika kita melakukan kegiatan yang kita sukai maka berjam-jam pun akan terasa singkat, Bu leha mengakhiri kelas dan berjalan keluar. Tamara dan Azura yang sedari tadi menunggu diluar kelas Adinta kini masuk dan menghampiri cewek itu yang sedang memasukkan buku-buku kedalam tasnya.

niat awal mereka ke kanting terhenti saat melewati meja Nisa, cewek itu menelungkupkan wajahnya dimeja dengan rambut yang agak acak-acakan. 

"Nisa kenapa? lagi depresi apa gimana?" tanya Adinta menepuk pundak Nisa pelan takut saja jika Nisa sedang kesurupan dan bukan depresi

"gue stress Din gue berasa tertekan tau gak" alis Adinta mengerut lalu duduk diatas meja dihadapan Nisa yang kini telah mengangkat kepalanya. para murid kelas Adinta pun yang belum keluar kelas ikut bergerombol mendekati Nisa

"lah kenapa? ayo sini cerita" yang lain pun langsung memasang telinga

"gue kesel kenapa sih tuhan lahirin gue di keluarga strict parent, kemarin gue pulang nongkrong langsung dimarahin dibilang anak nakal keluyuran gak jelas" Adinta masih mengerutkan alisnya agak sedikit tidak ngeh dengan cerita Nisa

"emang Nisa pulang jam berapa kemarin?"

"jam sebelas malem" Adinta menghela nafas, ia menyugar rambut depannya kebelakang lalu turun dari meja. tangannya terulur mengambil handphone berlogo apel tergigit yang memiliki boba tiga milik Nisa itu ke hadapan Nisa

"ini beli pake uang siapa? Bonyok lo kan?" Nisa mengangguk

"Lo sekolah dibiayain siapa? Bonyok lo kan?" Nisa mengangguk lagi

"sekarang gue tanya. apa yang udah lo kasih ke Bonyok lo?" Nisa terdiam

"belum adakan?" lagi dan lagi Nisa mengangguk

"ekspetasi lo yang terlalu tinggi terhadap bonyok lo, lo pengen dingertiin tapi lupa untuk jadi pengertian" para murid disekeliling mengangguk tanda setuju dengan ungkapan Adinta

"bersyukur Lo Nis gak usah pasang muka depresi demi dikasihani" sarkas Adinta

"malu sama yang bertopeng" Adinta berjalan keluar kelas disusul Azura dan Tamara

mereka pergi kearah kantin dan pergi membeli minum untuk menghilangkan dahaga pada tenggorokan mereka. apa iya Adinta harus membelikan Nisa minuman juga? oh iya ia lupa jaman sekarang orang haus butuhnya perhatian bukan minuman. upss









......................................

ahoy Lala baliiiik🧚‍♀

huhu otak Lala hari ini mentok maapkan kalo ga jelas ceritanya😣

gimana? kalian lebih suka cover ADINTA yang lama atau yang sekarang? coment dong karna Lala bingung pilih yang mana:(

makasiii yang udah vote dan coment cerita ADINTA apalagi yang selalu nyemangatin sama ngingetin Lala untuk selalu up-! lup banget Lala tu sama kalian Aaaaa♡













ADINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang