chapter 31

4K 591 209
                                    

"bisa beri saya ruang? saya hanya lelah. namun tidak untuk menyerah"

     Adinta terbangun dari tidur tak sengajanya, ia menatap penjuru ruangan masih sama rupanya, ia masih ditempat yang gelap dan minim udara itu. Adinta bangun sembari memegang kepalanya, luka yang kemarin diberikan oleh Raga dan Feli belum sembuh kini telah lahir lagi luka baru.

Adinta menggeser duduknya menjadi bersender di dinding ruangan sempit nan gelap dan berdebu itu, ia berpikir inikah jalan hidupnya? begini kah ia berakhir? terlalu lelah untuk kembali berjuang dan bertarung namun sangat sia-sia rasanya jika perjuangannya sedari lama berakhir begitu saja.

     Pintu terbuka menampakkan seorang wanita yang ia kerap panggil mama, wanita itu melemparkan bungkusan nasi lengkap dengan mineral berukuran gelas kecil,

"makan! jangan mati dulu duit gue belum cair" ucapnya lalu kembali menutup pintu tersembunyi itu dan menguncinya.

Rasa ingin melawan dan keluar melalui celah yang diberikan tadi sangat besar didalam diri Adinta, namun karna tubuhnya belum mendapat asupan sejak dua hari lalu membuat dirinya melemah saat ini.

Adinta meraih bungkusan tersebut dengan tangan yang gemetar, gadis itu membuka bungkus yang  tadi dilemparkan ibunya, setelah bungkus itu terbuka Adinta meraba dan dapat dirasakannya apa yang diberikan oleh ibunya tersebut.

Hanya nasi yang tidak ada rasanya sekali. Adinta terus melahap makanan itu dengan air mata yang mengalir tanpa dirinya kehendaki, ternyata sulit menahan tangis saat kita sedang makan.

Terus melahap tanpa memperdulikan kehegienisan tempat yang sedang ia tinggali bahkan tangan miliknya yang kini tak bersih lagi, ia terus melahap hingga tak terasa nasi itu habis tak bersisa. 

Kurang rasanya meminum air berukuran gelas kecil, kerongkonganya masih saja terasa kering namun mau bagaimana lagi.

Adinta kembali bersender pada dinding dibelakangnya, memandang lurus kedepan setelah merasa perutnya mendapat asupan yang cukup Adinta berfikir untuk bagaimana langkah ia kedepannya.

~~~~~

     Ucapan ibu Rohima sang pengurus panti kemarin membuat semua masalah yang sedang ditimpanya menjadi jelas, Ibu Rohima menjelaskan bahwasannya Ayahnya mengubah seluruh indentitas yang dimiliki kakak laki-lakinya yang sudah tiada itu hingga tak dapat lagi dilacak.

ia sangat jelas tau kenapa ayahnya begitu jahat kepada anak angkat dan anak kandungnya,  hanya satu  yaitu obsesi.

Obsesi untuk mendapatkan seluruh warisan dari sang nenek Adinta, dengan menguasai warisan yang dimiliki neneknya membuat ayah dan ibunya tak perlu bekerja dan mereka bisa bebas liburan kemanapun karna harta yang dimiliki neneknya itu sangat meruah.

Adinta tau mengapa ibunya dahulu mengangkat Althair menjadi anak mereka karna sebelum dikabarkan telah mengandung ibunya itu diberikan fakta bahwa ia sulit untuk hamil karna ada masalah dengan rahimnya.

Setengah warisan telah dicairkan oleh neneknya dan diberikan kepada kedua orang tua Adinta saat Althair berumur 17 tahun. Tepat esok hari dimana Adinta menduduki umur 17 tahun dan saat itulah warisan sepenuhnya diberikan oleh nenek kepada kedua orang tuanya.

~~~~~~~

    Pintu kembali terbuka kali ini ayahnya yang berdiri dengan tegak, Rarendra melangkah maju menghampiri Adinta dan berjongkok dihadapan anak gadisnya itu tepat dibelakang ayahnya terdapat ibunya berdiri memperhatikan mereka.

Berkat cahaya yang timbul dari arah pintu, Adinta dapat menatap nyalang mata tajam milik ayahnya seakan mengatakan saya tidak akan pernah menyerah pada bajingan seperti anda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang