chapter 27

6.2K 1K 250
                                    

"kita punya mata didepan agar kita bisa menatap masa depan, dan melupakan masa lalu yang pernah terjadi"




Ray mendudukkan dirinya disamping Adinta, mereka saat ini sedang berada didalam taksi yang sebelumnya membantu Ray menyusul Adinta.

Selama didalam taksi menuju pulang mereka hanya diam seribu bahasa, Ray menoleh pada Adinta yang sedang menatap kosong jalanan.

Tangan Ray tergerak ingin mengusap kepala Adinta, namun ia urungkan kala sadar jika tatapan Adinta tersirat sangat menyedihkan. Mata sayu, dahi yang dipenuhi beberapa luka kecil, pipi yang merah membengkak, leher yang membiru dan sudut bibir yang robek.

Pakaian gadis itu compang camping dan sangat kotor bahkan beberapa kancingnya sudah tidak berada ditempatnya.

Ray melepaskan jaket dari tubuhnya lalu memberikannya kepada Adinta untuk menutupi bagian depan tubuh gadis itu yang sedikit terbuka, Adinta tidak merespon sedikitpun dan membiarkan jaket itu melekat pada tubuhnya.

Cukup jauh perjalanan yang mereka tempuh hingga langi yang semula terang berganti gelap. Begitu sampai pada rumah Adinta, gadis itu langsung turun meninggalkan Ray yang sedang membayar taksi yang mereka tumpangi.

Dengan terburu-buru dan tak mempedulikan kondisi tubuhnya saat ini Adinta menaiki tangga dan berlari menuju satu ruangan yang tidak pernah ia kunjungi karna dilarang dan selalu dikunci oleh kedua orang tuanya.

BRAKK

Walaupun tubuhnya saat ini telah berada dititik lelah, namun  tak membuat gadis itu goyah sedikitpun bahkan pintu yang berbahan kayu jati itu dengan sekali tendangan mampu ia dobrak.

Ray yang baru saja memasuki rumah Adinta langsung berlari menuju asal suara untuk memastikan apa yang sedang gadis itu lakukan.

"Tata......" Ray berdiri didepan pintu ruangan yang terisi penuh dokumen dan beberapa buku dan satu meja lengkap dengan komputer yang sedang mati, tampaknya ruangan itu adalah ruang kerja orangtua Adinta

Ray terus berdiri dengan khawatir melihat Adinta yang menjatuhkan buku-buku dan dokumen dari raknya, hingga satu dokumen dengan judul 'parasit pertama' membuat Adinta menghentikan aksinya.

Sampul dokumen itu berwarna bening dengan foto Althair saat masih kecil yang tampak duduk disebuah ayunan dan tersenyum simpul menghadap kamera ditempel pada depan dokumen.

Adinta terduduk disamping buku yang berserakan dengan tangan bergetar Adinta mengusap foto Althair, sosok abang yang sangat di rindukannya.

Gadis itu mendongak menatap Ray yang sudah berjongkok dihadapannya. Ray mengangguk bermaksud meyakinkan.

Adinta kembali menatap dokumen tersebut lalu dengan perlahan jari-jemarinya mulai membuka dokumen itu

Halaman pertama di isi oleh beberapa foto Althair berada disuatu tempat yang terdapat banyak sekali anak-anak, Adinta terus mengamati foto-foto tersebut hingga sorot matanya jatuh pada sebuah foto yang ditaruh paling bawah.

Terdapat tiga punggung anak kecil yang sepertinya berusia sekitar tiga tahun mungkin? didalam potretan tersebut terlihat tiga anak kecil itu sedang mengobrol layaknya orang dewasa sembari memandangi beberapa anak-anak lain yang asik bermain.

Adinta kembali membalik dokumen tersebut hingga sebuah tulisan yang mungkin berisi keterangan dari seorang Althair? pada lembar tersebut tertulis

ALTHAIR RARENDRA, lahir diSurabaya pada tanggal 29 agustus pada hari kamis. Diangkat menjadi anak pada umur tiga tahun, dari panti Pondok yatim.

ADINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang