chapter 26

9.2K 1.2K 787
                                    

"aku tau hidupku berharga, dan tak ada yang lebih penting dari itu"

Raga terdiam menatap Adinta yang tengah tersenyum sembari merangkul pinggangnya. Ucapan Gadis itu terngiang-ngiang dibenaknya ditambah degub jantungnya yang kian cepat. Ada apa ini?

"mau masuk dulu?" tanya Adinta melepas pelukan mereka

"hm? e-enggak aku mau pulang bunda ada nitip tadi" gadis itu tersenyum lalu kembali memajukan tubuhnya dan berjinjit sedikit

cup

Adinta mengecup singkat pipi Raga lalu kembali ketempatnya semula dan tersenyum, Raga yang tidak siap diberikan serangan tiba-tiba itu menatap mata Adinta dalam dengan bibir yang terbuka. Cowok itu maju meraih tengkuk Adinta lalu menyatukan kedua bibir indah mereka, Raga melumat bibir Adinta dengan lembut menyalurkan rasa yang ada dihatinya.

Adinta tersenyum disela-sela ciuman mereka, tangannya menyentuh dada Raga dan merasakan degup jantung yang berpacu dengan kuat dan cepat. Sudah Adinta bilang bukan kalau Raga dan Feli bukanlah musuh yang sepadan untuknya.

lo lemah Raga Adinta tersenyum puas didalam hatinya

hal yang lo takutin terjadi Fel Batin Raga, mata cowok itu memejam menikmati bibir Adinta

Adinta menepuk dada Raga pelan mengode untuk segera menghentikan pagutan mereka karna pasokan oksigen disekitar telah menipis. Raga menurunkan tangannya dari tengkuk Adinta, mulai membuka mata dan sedikit menjauhkan wajahnya dari sang kekasih. Dengan mata yang saling bertatapan ibu jari Raga terangkat untuk mengusap bibir Adinta yang entah mengapa sedikit membuat candu.

Adinta memegang tangan Raga lalu ia bawa untuk mengusap pipinya, Adinta tersenyum hingga matanya terbentuk seperti bulan sabit. Entah kenapa rasanya sangat puas ketika berhasil membuat seseorang terjatuh ke dalam perangkap yang ia buat sendiri.

"aku pulang dulu" Raga berjalan mundur dan bersiap untuk pulang

"dadaaaah~ jangan lupa laju-laju sayang Hahaha" Raga yang telah memasang helm dan naik dimotor itu tersenyum lalu mulai menyalakan mesin motornya dan melesat pergi meninggalkan Adinta yang kini telah berjalan memasuki kamarnya melalui tangga balkon kamar.

Gadis itu memasuki kamarnya dan melepaskan seragam dan sweater yang tadi ia pakai tak lupa juga sepatu dan tas pun ikut turut ia lepaskan dan taruh pada tempatnya masing-masing. memeriksa sebentar room chat pada handphonenya, ada beberapa chat dari teman seangkatan ataupun kakak kelasnya bahkan ada beberapa nomor yang tak ia tahu siapa pemiliknya, hanya dibaca tak ada niatan untuk membalas karna telah gadis itu jawab dalam hati.

Adinta melempar handphonenya ke kasur lalu meraih handuk dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tak butuh waktu lama untuk Adinta mandi karena hanya badannya saja yang ia basuh dan wajah untuk rambut besok saja, Setelah memakai piama tidur gadis itu berbaring dikasurnya. Tubuhnya terasa lelah entah karna aktivitas yang banyak tak seperti biasanya atau karna terlalu banyak menghadapi dan menciptakan drama hari ini. Mata Adinta perlahan menutup matanya mencoba untuk mengistirahatkan pikiran dan raganya, nanti saja ia mengurus berkas abangnya biarlah besok.



~~~~~~~~~~~~~~~

Di lain tempat Raga membelokkan stang motornya memasuki parkiran club yang tak terlalu besar dan berada dipinggiran kota, pikirannya saat ini sedang kalut dan dipenuhi ratusan pertanyaan dan ribuan keraguan didalamnya. lelaki yang menjabat sebagai Ketua osisnya SMA Raflesia ini memasuki club itu tanpa takut ataupun khawatir jika ada salah satu siswa yang melihatnya karna memang club ini terletak jauh dari kawasan sekolah dan tempat tinggal para siswa.

ADINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang