chapter 14

8.2K 1.1K 148
                                    

"kalian selalu berkata 'bagaimanapun juga mereka tetap orang tuamu' tanpa kalian tau seperti apa sakit atas luka yang iya goreskan dihati dan mental putrinya ini"

"Ray?!" Adinta berlari mendekati Pria yang memakai hoodie hitaam tadi lalu menepuk pundaknya, Lelaki itupun menoleh ke arah belakang tepat Adinta berdiri

"eh maaf kak saya kira tadi temen saya" Ucap Adinta malu

"gue masih smp" sahut lelaki tadi berjalan menjauh. Adinta menganga apa tadi dia bilang? masih SMP?! KOK TINGGI BANGET?!

Demi Alek Adinta malu gak ketolong, Gadis itu segera kembali ke kursi yang tadi ia duduki untuk mengambil kotak yang diberikan oleh Alan katanya dan berangsur pergi pulang

sampai pada kamarnya Adinta segera membuka kotak hadiah tadi diatas kasurnya. bibirnya melengkung membentuk senyum yang manis kala melihat lagi dan lagi Alan memberikan sweater lembut

yap setiap Adinta cerita kalau ia dipukuli oleh orang tuanya tidak sampai beberapa jam pasti ada saja yang mengantarkan sebuah hadiah yang berisi sebuah sweater lengkap dengan sticky notes ke Adinta dan disaat Adinta bertanya maka jawabannya dari Alan

Alanjing🐒
online

AAAAA LUPYUH ALAN SWEATERNYA SUKA IH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AAAAA LUPYUH ALAN SWEATERNYA SUKA IH

dipake
udah baca sticky notenya?

hidup itu pahit yang manis cuman senyum lo doang
CIELAH SA AE BAMBANG

mantap

nyontek di googlekan lo

Fitnah
gue mikir sendiri ya njing

curiga gue lo di real life fakboy

kayaknya sih bisa dibilang begitu

tapi kok gue rada ga percaya lo fakboy ya Lan
secara kan ga ada yang mau sama lo

bngst

**************

Berdiri disamping kasur dimana sang pemiliknya sedang terbaring sakit dengan dahi yang diberikan kompresan dari handuk dan selimut yang menutupi tubuhnya sampai lehernya

"sakit kenapa?" Adinta duduk disamping tubuh Raga yang sedang menatapnya sayu

"kangen sama kamu" jawab Raga pelan 

Adinta terkekeh "udah minum obat?" perempuan itu mengelus kepala Raga dengan lembut

"gak mau" Raga melepas kompresan handuk didahinya lalu memeluk pinggang ramping Adinta

ADINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang