Episode 03. Jantung berdetak

4.9K 470 3
                                    

~Juli Pov~

Dosa apa yang sudah aku lakukan hingga harus berahkir berurusan dengan si bodoh ini.

Beberapa Jam yang lalu

"Bun. . . Juli keluar dulu" pamitku sambil beranjak menuju pintu utama rumahku

"Pulangnya jangan malam-malam"

"Siap bun" ucapku dengan nada sedikit keras karna aku sedang menghidupkan motorku dan beranjak pergi menuju toko buku langgananku

Sesampainya aku disana aku mulai sibuk mencari komik one piece yang baru saja keluar, sambil melihat komik-komiknya lain. Cukup lama aku disana hingga ahkirnya aku baru menyadari bahwa hari sudah mulai larut.

Komik adalah salah satu hobiku dan aku memiliki satu lemari khusus untuk menyimpannya walaupun begitu aku tetap akan belajar buktinya aku tetap bisa menjaga renking pertamaku dari SD hingga SMA.

Sepulangnya aku dari toko buku, aku melihat sebuah mobil yang terparkir dipinggir jalan dengan seorang pemuda yang tampak kebingungan mengecek kondisi mobilnya, akupun berniat menolongnya mengingat jalanan ini lumyan jarang dilewati orang.

Aku memberhentikan motorku di belakang mobil itu dan aku berjalan menuju pemuda yang berada di samping ban depan mobilnya.

"Kenapa mas?" ucapku menegurnya

"Kaya bannya pecah" jawabnya sambil berdiri dan berbalik

Sontak kami berdua sama-sama kaget, "Kamu!!???" ucap kami serentak

Orang yang hendak aku tolong ternyata adalah orang yang membuat aku emosi tadi dan selalu menunggu diperpustakaan beberapa hari.

Dia sangat menyebalkan, lihat saja dari cara dia memaksaku untuk menolongnya bahkan ia tadi sempat menunduhku yang bukan-bukan tapi karna aku ingin pulang maka mau tidak mau aku harus menolongnya karna dia licik sekali, mengambil kunci motorku dan bahkan mengunci tanganku membuat tanganku nyilu saat aku hendak memukulnya.

Dan saat ini aku sedang mengendarai motorku dengan dia berada di bangku belakang, aku mengantar dia pulang tapi anehnya dia malah memelukku bahkan kepalanya berada di pundakku dasar kurang ajar tidak tau diuntung, aku sudah berusaha menghindar dan mencoba melepaskan pelukkannya tapi malah semakin erat dan tak mungkin aku bisa banyak bergerak mengingat aku juga harus berkonsentrasi mengendarai motorku.

Cukup lama aku mengendarai motorku menuju alamat yang ia berikan padaku hingga ahkirnya aku berhenti di komplek perumahanya yang sangat mewah, bahkan ada pos securitynya.

"Hei bodoh. . . . Woi bangun . . . . Kita sudah sampai yang mana rumahmu" ucapku sambil melepaskan pelukkannya dan menggerakkan pundakku yang menjadi sandarannya.

"Eehh . . Haah . . . Sudah sampainya . . . Ahkirnya sampai juga" ucapnya sambil mengosok matanya dan duduk tegak

Dasar bodoh ini ternyata benar-benar tertidur dibelakangku tapi kalau diperhatikan wajahnya tampannya.

Deg. . .
Jantungku berdetak melihat wajahnya yang terlihat seperti baru bangun tidur tapi terlihat tampan dan mempesona.

"Kenapa aku jadi kagum melihatnya . . . Wah sepertinya aku mulai gila karna selalu berurusan denganya" batinku

"Ia sudah sampai . . . Aku sampai sini saja mengantarnya sudah kau turun dan jalan kaki saja sana" ucapku sambil mendorongnya agar turun dari motorku

"Sudah masuk saja satpam itu kenal aku kok" ucapnya tak mau turun

"Gak . . . Sudah turun dari motorku aku mau pulang"

"Ia ia cerewet sekali sih kaya cewe aja" ucapnya sambil turun dari motorku

"Hei bodoh dengar ya sudah untung aku mau mengantarmu pulang dan membiarkan kau tidur di punggungku seharusnya kau berterima kasih"

"Aku tertidur karna kau main motor seperti siput bikin ngantuk dan cowok kok naik motor matic"

"Hei kau ini gak punya otaknya motor matic inilah yang membawamu sampai sini dan bagaimana aku bisa membawamu laju jika kau memelukku dengan erat dan pundakku kau jadikan bantal dasar kurang ajar"

Perkataanku membuatnya terdiam sesaat dan sepertinya dia tak percaya pada apa yang aku ucapkan barusan ia menatapku dengan tatapan aneh tapi tak berapa lama ia tersenyum miring seperti meremehkan aku.

"Ya . . Ya . . Ya bawel sekali . . . Sudah sana pulang anak gadis jangan pulang malam-malam nanti di culik om-om" ucapnya sambil berbalik beranjak meninggalkanku

"Dasar tidak tau supan santun. . . Setidaknya bilang terima kasih kek . . . Dasar tidak tau malu aku sumpahi gak ada cewe yang mau denganmu baru kau tau rasa. . . Dan aku bukan anak gadis dasar bodoh" ucapku dengan nada tinggi tapi dia malah melambaikan tangan sambil berjalan masuk ke komplek perumahan itu.

Dasar bikin emosi saja, aku memutar motorku dan kembali mengendarainya pulang.

"Sialan . . . Awas saja nanti dia" gumanku sambil menambah laju motorku

.
.
.
.

~Elang Pov~

Aku sedang berjalan pulang menuju rumahku yang sudah tinggal beberapa meter lagi, sesekali aku menguap karna masih mengantuk tapi aku jadi kepikiran dengan apa yang di katakan si pendek tadi yang menyatakan bahwa aku tertidur dan memeluknya.

Wah itu tidak terjadi dan kalaupun terjadi mungkin karna aku sedang mabuk makanya aku bersikap seperti itu tapi ya sudahlah untuk apa aku memikirkan hal tidak penting.

Aku membuka pintu rumahku dan berjalan masuk, aku mengetahui ada seseorang sedang duduk di sofa tapi aku tak memperdulikannya dengan santainya aku berjalan melewatinya.

"Elang dari mana kamu? Kemana mobilmu kok kamu datang tidak ada bunyinya" ucap pak tua itu namun tak aku tanggapi

"Elang sampai kapan kau bersikap seperti anak kecil seperti ini"

"Elang . . . Papah sedang bicara. . . Elang" ucapnya sambil menahanku yang hendak menaiki anak tangga

"Apa sih aku mau ke kamar" ucapku dengan kasar

"Papah sedang bertanya disini"

"Kau kan sudah tau jawabanya ini semua kan ulahmu yang memblokir kartuku dan mobilnya ban ya pecah" ucapku melepaskan tangannya dan beranjak menaikkin anak tangga

"Baguslah kalau begitu . . . . Papah akan menutup semua aksesmu sampai kau mau belajar untuk berusaha menjadi anak yang baik"

Berisik sekali setiap pulang dia hanya akan memarahiku dan merasa apa yang ia lakukan adalah yang terbaik untukku memuakkan sekali.

Aku berjalan masuk kedalam kamarku dan kuhempaskan tubuhku dikasurku, "Haaah. . . " aku menghela nafas dan kupandangi langit-langit kamarku

Sepintas memori kejadian tadi muncul di kepalaku khususnya wajahnya saat ia marah terlihat saat lucu, tanpa aku sadari aku tersenyum.

Ada sesuatu yang aneh rasanya di dadaku saat mengingat wajahnya tapi aku menduganya mungkin karna minuman yang aku mimun di bar tadi jadi tak aku perdulikan jantungku yang berdetak cepat ini.

Tapi si pendek itu kalau di pikir-pikir dia imut juga . . .
Hei. . . Apa yang aku pikirkan bagaimana aku bisa mengatakan pemuda tadi imut
Wah sepertinya pikiranku bermasalah, ya sudahlah aku mau tidur.

****************


Jangan lupa Vote dan Komen

Green or Blue (BL) ~END~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang