Kebenaran🖤

3.5K 455 42
                                    

You make me feel safe
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Sudah jadi hakikat nya. Siapa yang salah dia harus menuai hukuman. Tapi bagaimana kalau justru yang salah bisa di kalahkan oleh korban ? Belum pernah ada jawaban pasti. Hakikat terkuat hanya siapa yang terluka paling banyak maka dia lah korban.

"Saya tidak terima anak saya di perlakukan seperti ini. Bapak bertindak tegas atau saya bawa kasus ini ke jalur hukum" seorang wanita paruh baya berbicara begitu menggebu-gebu.

"Sabar, Bu. Tenang... Kita tanya dulu bagaimana cerita sebenarnya"

Pak Dirman selaku kepala sekolah di SMA SEMESTA. Lelaki yang sangat berwibawa dan bijaksana. Semoga kali ini, meskipun yang salah terlihat lebih parah Pak Dirman akan berlaku sebaiknya bijaksana.

"Aaahh!!! Gak ada tanya tanya dulu. Saya gak butuh cerita awalnya. Saya cuma butuh anak anak berandal dan cewek murahan ini tanggung jawab!" Tunjuk wanita itu pada lima lelaki yang berdiri di hadapannya.

Alya terlonjak saat jari telunjuk dan mata melotot nyalang mengarah ke padanya. Alya takut, trauma bagaimana Dylan memperlakukan nya saja masih belum hilang. Dan kini orang tua dari Dylan menuntut keadilan.

Rahang Bram sudah mengeras. Giginya bergemelutuk. Kedua tangannya terkepal kuat. Siap melemparkan Bogeman namun telapak tangan Alya yang tak sengaja menyentuh lengan Bram karena terlonjak. Membuat Bram seketika luluh lantah.

"Tenang. Hm" Bisik Bram.

Alya mendongak menatap Bram. Dan saat itu Bram mengangguk seolah meyakinkan bahwa semua benar akan baik baik saja. Alya tidak perlu khawatir.

"Pak, bapak ini kan kepala sekolah. Apa perlu saya jelaskan siapa saya disini. Kalau memang bapak tidak bisa menggunakan jabatan bapak sebaik mungkin. Saya bisa melengserkan bapak sekarang juga" kali ini suami dari wanita tadi yang bertindak.

Entah terbentuk dari keluarga macam apa si Dylan. Ibu yang menuntut selalu di prioritaskan mengatas namakan keadilan. Ayah yang menggunakan harta sebagai ancaman. Pantas saja Dylan menjadi anak yang baik di kulit luar tetapi busuk di dalam.

"Saya tau posisi saya dan posisi Pak Putra serta Ibu Tika disini. Tapi sebelum nya ijinkan saya bertindak sesuai wewenang saya sebagai kepala sekolah" semua murid percaya betapa bijaknya Pak Dirman.

Pak Dirman beralih pada lima lelaki dan satu perempuan yang berdiri dengan berbagai ekspresi di hadapannya.

"Bisa kalian jelaskan apa yang sebenarnya terjadi ?" Pak Dirman mempersilahkan salah satu dari mereka menjelaskan.

"Saya mau perempuan itu yang menjelaskan, karena saya yakin dia mengada-ada!" Ketus Bu Tika--ibu Dylan.

"Yasudah Alya, jelaskan Nak" pinta pak Dirman begitu tenang.

Semua perhatian teralihkan pada Alya. Gadis itu hanya menunduk. Jari jemarinya saling menggenggam erat. Membuat tanpa sadar kukunya sendiri melukai punggung tangan nya.

Siapa yang tahan melihat gadis malang itu tersiksa dengan fikiran nya. Ketakutan nya masih membekas dan kini ia sudah di sudutkan. Bram baru akan bertindak ketika sebuah tangan menahan tubuhnya. Ia melihat ke samping. Dyo menggeleng memberi tanda bahwa Bram tidak boleh gegabah.

"Lepas anjing" sinis Bram dengan suara lirih.

"Lo tenang. Ada waktunya. Sabar" kata Dyo masih berusaha menahan tubuh Bram dengan satu tangannya.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang