UKS🖤

5.8K 522 13
                                    

Udah paling bener dengerin kata hati. Kadang dengerin orang suka gak sesuai sama hati.

.
.
.
.
.
.
.

Sebuah ruangan dengan dinding dan lantai yang masih berupa semen. Seperti nya ini rumah yang belum 100% jadi. Jendela nya saja masih bolong belum ada kaca nya.

Di ruangan ini cuma ada satu ranjang dan satu kursi serta satu lemari. Persis seperti gedung yang memang belum selesai di kerjakan.

"Telat" Anggap saja ini sebuah sapaan.

Dari seseorang yang menghisap rokoknya dalam. Bersandar di dinding dengan satu kaki di tekuk dan menapak di dinding.

Sementara itu, Bram yang di ajak bicara. Memilih Tetap fokus melilitkan sebuah sesuatu di tangannya. Sebuah kain yang bisa meredakan rasa nyeri jika nanti ia menghantam kuat musuh.

Tubuh atletis Bram begitu terekspos. Perut nya yang mirip roti sobek dan otot tangannya yang begitu menonjol. Pasti kalau Bram lagi begini di sekolah. Semua kaum hawa pada heboh deh.

Selesai dengan perlengkapan yang apa adanya. Bram keluar ruangan diikuti lelaki yang sedari tadi tak lepas dari setiap batang rokok di tangannya.

Dia adalah Bily. Bisa dibilang sebagai pelatih tapi lebih tepatnya dia lah yang menjadi manajer dari beberapa petarung Disini. Salah satunya ia lah yang memegang Bram.

"Langsung naik. Biar gue urus duit nya" sedikit tepukan di pundak Bram sebelum akhirnya ia sedikit melipir meninggal kan Bram.

Saat Bram berdiri di pojok ring. Menunggu untuk di panggil ketengah dan memulai pertempuran. Otak dan hatinya masih tidak fokus.

Bugh. Sebuah pukulan membuat Bram kembali ke alam sadar nya.

Rasa asin dari darah di mulut membuat Bram semakin sadar dimana ia sekarang dan apa yang harus ia lakukan.

"Woy!! Lo mabok ?!" Teriak Bily dari pinggir ring.

Diamnya Bram sampai ia mendapat kan pukulan terlebih dahulu. Jelas itu membuat Bily kesal, pasalnya kalau sampai Bram kalah. Maka rugi lah Bily yang merupakan raja judi untuk pertarungan ilegal ini.

Bram menatap Wajah kesal Bily. Ia semakin sadar kalau hampir saja ia jadi badut memalukan yang kalah di atas ring.

"Anjing!" Cuih. Bram meludah kan darah yang ia cecap.

Butuh sedetik untuk Bram mengambil ancang-ancang dan ....

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Suara riuh penonton menghiasi gedung tersembunyi ini. Semua bersorak heboh kala sang iblis kembali dengan kekuatan nya.

Lelaki dengan boxer hitam. Badan yang lumayan berisi. Tato di leher serta jaitan di kepala. Ia tumbang dengan hajaran bertubi-tubi dari Bram.

Melihat lawan masih berusaha bangkit justru membuat jiwa iblis Bram bangkit. Mungkin tidak harus sampai mati. Tapi sampai lawannya tidak sadarkan diri berbulan bulan itu cukup membuat Bram puas. Dan kembali lagi....

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang