Baron🖤

2.9K 394 45
                                    

Selain cinta, kamu juga pemberi pelajaran terbaik tentang rasa takut.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
👆Eh ini titiknya ketinggalan satu
Dahlah skip!

➖➖➖➖➖

Markas WILD letaknya jauh dari keramaian kota. Gak terlalu jauh kalau naik kendaraan, Tapi untuk Alya yang sekarang lagi lari pake kaki doang. Ini lumayan jauh setidaknya sampai ke ujung jalan menuju jalanan besar saja cukup memakan waktu.

"Duh tangan gue gemeter lagi" decak Alya Melihat telapak tangannya.

"Dahlah yang penting Nemu jalan besar aja dulu. Mana tau ada yang jual apa gitu" putusnya.

Akhirnya dengan berusaha menenangkan diri sendiri. Alya berjalan sedikit lagi. Dan tak jauh dari pandangan nya Alya melihat ada gerobak nasi uduk. Dengan beberapa orang yang duduk di sana menikmati. Ada yang di kursi, jongkok di pinggir jalan atau malah lesehan aja di aspal.

"Mas, nasi uduknya dong satu" tangan yang gemetaran itu Alya buat memilin tas selempang nya. Setidaknya ia harus meyakinkan bahwa meski bergetar, telapak tangannya masih kuat berfungsi belum lemah.

Mas mas tukang nasi uduk berbalik dan melongo membawa satu piring nasi uduk. Bersama dengan itu seseorang yang sudah menjadi pemilik sepiring nasi uduk itu juga ikut melongo.

"Yah, udah abis neng ini tinggal satu porsi buat mas nya"

"Yah abis ya... Yaudah deh" pupus sudah harapan Alya untuk bis sedikit menetralkan gemetaran yang kini menjalar ke lutut nya.

"Maap ya neng" Tukang nadi uduk itu mengangguk.

"Iya mas gapapa" dengan satu tarikan nafas, Alya mantab kan hati untuk sedikit berjalan lagi.

Alya gelisah dia takut gerd nya kambuh. Soalnya tangan sama lutut nya sudah kompak gemetar. Pas dia mau jalan cari makan di tempat lain tiba-tiba ada tangan yang nahan dia.

"Tunggu. Lo kenapa ?"

"Eh" Alya melihat siapa yang menahannya.

"Lo kenapa ?"

"Gue belum sarapan tangan sama lutut gue mulai gemeter. Takut lambung gue kambuh" bilang lambung aja lah. Entar bilang GERD kaga ada yang paham. Dikira nama orang malahan.

"Ck. Duduk sini. Makan dulu"

"Tapi kan ini punya Lo"

"Udah elah. Gue gak makan sampe tar sore juga masih bisa di ajak ngelawan satu desa"

Alya memperhatikan lelaki di hadapannya. Wajahnya sama garang seperti Bram. Sama tampan----eh tidak kalau di perhatikan jauh lebih tampan Bram. Yang pasti dia juga tampak berandal seperti Bram. Celana jeans biru robek di bagian paha dan lutut. Jaket hitam, banyak gelang hitam di pergelangan tangannya, juga kalung berwana putih, anting hitam besar di telinga kanan nya. Dan ada anting juga di ujung alis bagian kiri.

Wah apa gak sakit yah itu... Batin Alya. Ia meringis melihat banyak tindikan di kepala lelaki itu.

Lupakan soal tindikan. Alya melihat seporsi nasi uduk beserta lauknya di dalam satu piring yang ia pegang. Sebenarnya Alya gak laper. Sumpa dah, kalo ada pertandingan gak punya rasa laper mungkin Alya juara nya. Dia cuma butuh makan biar lambung nya gak pingsan. Inget lambung doang.

"Ini beneran boleh gue makan ?" Alya mengalihkan perhatian pada lelaki di hadapan nya untuk memastikan sekali lagi.

"Iya. Ya ampun. Buru makan"

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang