Sentuhan 🖤

1.3K 145 37
                                    

Bram terus memandangi selembar robekan kertas kecil di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bram terus memandangi selembar robekan kertas kecil di tangannya. Ia terduduk lesu di depan sebuah pintu yang bahkan terkunci rapat. Otak nya sudah buntu dirinya kalut dan bingung.

Sudah seperti orang linglung. Tiga hari ini Bram sibuk sekali dengan kegiatannya.

"Liatin teroooosss tu pintu"

Peris kayak kata Rama barusan, kerjaan Bram Ngeliatin pintu doang. Yang bikin dia berhenti ngeliatin pintu di depannya cuma pas dia kebelet pipis.

"Lama-lama tu pintu geer Lo liatin. Salting tau gak Lo"

"Bacot" kata nya dengan lemas.

"Bram. Lo gak mau makan dulu apa?"

Bram melirik Dido sesaat kemudian kembali pada pintu di hadapannya.

"Gak laper" acuh tak acuh nya Bram.

"Dehileh. Udah kek anak SMP pacaran Lo. Gak mau makan belom di ingetin ayang. Huueeekk" Rama emang paling slebew kalo ngomong.

"Rokok mau?" tawar Abdi.

Bram menggeleng.

"Dyo mana?" tanya Bram.

"Sakit katanya, gak enak badan kemaren abis ujan-ujanan" Dido memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Ngapain?" kening Bram berkerut.

"E eeh tau gak gaiiisss,,,," best opening setiap mau gibah. Iya apa iya?

Memotong penjelasan Dido yang Bram tuntut tentang, Kenapa Dyo hujan-hujanan?

Rama hampir selalu sukses bikin semua perhatian teralih padanya.

"Kek nya si Dyo lagi deketin cewek dah. Gue perhatiin roman romannya tu bocah makin-makin"

"Makin makin apaan? Makin wajar lah die punya pacar. Biar normal! Gak kek lu" tunjuk Dido dengan memajukan bibirnya.

Sejauh mereka berteman, konsep asmara Rama terlihat paling unik. Dia bakal deketin cewek pake teknik 'ngoyo' alias memaksakan. Tapi begitu target sudah kelihatan terpancing dengan umpan yang Rama beri justru Rama jadi ilfeel kemudian menjauhi tanpa kata perlahan.

"Gue normal. Bangke!"

"Buktinya?" todong Dido.

"Gak ada, Lo deketin trus Lo tinggalin. Jadi kalo Lo mau cari buktinya gak bakal ada jejak Lo deket sama cewek" Dido menggeleng.

"Assyuu!"

Selesai mendengarkan perdebatan dua temannya. Abdi kembali memperhatikan Bram yang masih setia menatap secarik robekan kertas ditangannya.

"Kenapa Alya gak mau gue masuk sih" lesu Bram menjatuhkan kepalanya di dinding.

"Lah emang kita semua ada yang di bolehin masuk ?" tanya balik Dido.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang