Kecolongan🖤

3.6K 394 57
                                    

Kalem kaleman nya udahan dulu ye...
Kita masuk ke real life versi cerita.
Karena gak ada hidup yang tiap hari isinya manis manisan Mulu. Diabetes lu !!
Mulai part ini dan kedepannya kita gak main aman nih, agak di panjangin.

Kalian siapin hati, jiwa, raga. Jan Ampe gila.
Aku siapain jempol biar gak pegel.
FYI bukan FYP; setiap ada part yang sedih atau yang bikin emosi. Itu aku buat nya the real sambil nangis atau sambil marah.

Masukin perasaan marahnya, aku harus bikin bete diri sendiri mulai dari pagi bangun tidur.
Dan masukin perasaan sedih nya, aku harus begadang. Ngebirain beban fikiran berkelana liar sampai bikin nangis sejadi jadinya. Atau datang ke kuburan Big bos dan ibu negara. Untuk bisa dapetin feel sad nya.

so, let's go on a taste adventure !!!!

.
.
.
.
.
.
.
.

Menjadi pemimpin bukanlah tugas mudah. Sedikit salah, judge menanti seumur hidup. Untuk bertindak atau berkata bahkan harus di fikirkan matang matang. Oleh karena itu, hari ini Bram mengumpulkan beberapa anggota. Meski tidak bisa semua datang. Tapi Bram perlu melakukan pertemuan.

Sampah rokok, minuman berjenis alkohol rendah dan beberapa cemilan tersedia di atas meja.

"Segini aja yang Dateng ?" Tanya Bram memastikan.

Yang lain saling melihat. Memperhatikan seisi ruangan ini. Anggota yang hadir hanya sekitar 100orang.

"Lagi pada sibuk kali" kata Abdi mengambil duduk di dekat meja.

"Lo udah umumin di grub kan ?" Tanya Dyo pada Rama.

Semalam, waktu Bram bilang mau seminar alias rapat dadakan. Semua nunjuk Rama untuk nyampein ke anggota WILD. Supaya yang kebo tidur nya bisa bangun cepet, yang suka molor ngikutin jam luar negeri bisa tepat waktu, yang kerja bisa ijin, yang sekolah bisa------dahlah bolos aja. Please jangan di tiru 🤣

"Lah, emang di suruh umumin di grup apa ? Gue cuma ngasih tau Adang doang" gak tau ini tuh Rama yang kurang informasi atau Rama yang gak ada inisiatif nya.

"Yuk gebukin Rama" Dido mengangguk pasti.

"Weehhh bahaya Lo mainnya" Rama menggeleng.

"Aman. Ada peraturan baru. Bunuh temen sendiri gak di itung dosa. Apalagi hukum" dapet pasal dari mana juga sih si Dyo.

"Seriusan?! Gilak sih kalo bener. Nyiksa binatang aja ada hukumannya. Lah masa temen kaga"

"Jadi Lo saman'in diri Lo sama binatang?" Abdi tampak kaget. Pura-pura doang biar mendramatisir.

"Ya iyalah!---bangsat! Engga gitu maksudnya" tapi tadi udah keceplosan Ramaaaaaaa!

"Gue langsung aja" Bram melihat jam di pergelangan tangannya.

Okeh semua kembali ke mode serius.

"Gue butuh ciri-ciri yang pasti dari orang yang nyerang markas kita" Bram menatap para anggota yang pada saat itu ada di markas.

"Gak ada ciri khusus. Mereka bukan satu kumpulan yang punya kebiasaan atau ciri sama. Gue perhatiin mereka cuma gabungan dari beberapa orang bayaran" Kamal menerawang mengingat apa yang ia lihat saat kejadian penyerangan.

Bram memperhatikan dengan seksama dan tatapan tajam pada siapa saja yang menjelaskan atau berbagai pendapat. Intinya ia harus bisa mengambil kesimpulan. Mencari jalan keluar dan menghindari kefatalan.

"Ah! Gue sempet liat salah satu dari mereka ada yang pake tato---" Adang meraih kertas bekas struk belanja di atas meja. Juga pensil yang ia lihat ada di meja depan TV.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang