Pentas Seni SEMESTA 🖤

1.1K 187 34
                                    

"Shyl,,,hiks,,hiks"

Shyla meringis mengusap punggung Alya. Entah sudah berapa kali namanya di panggil Alya. Tanpa kelanjutan kalimat setelah memanggil hanya terus berulang menyebut nama Shyla.

"Iya, gue disini" dan Shyla akan berulang mengatakan ini.

"Kenapa gini banget sih lo, Al" Shyla menghela nafas.

Dadanya terasa ikut sesag mendengar isakan Alya. Sampai sesegukan dan kesulitan berbicara seperti ini siapa yang tidak ikut tersayat mendengarnya. Berkali-kali Alya hanya berhenti sampai di nama 'Shyl' saja, betapa ia tidak bisa menyampaikan beribu kata yang membludak ingin keluar dari isi kepala nya. Bagaimana rasa sakit menekan setiap kata untuk tertahan di dalam tenggorokan tanpa bisa Alya ucapkan.

"Shyla" panggil seseorang.

Suara besar yang menyebut namanya dari arah belakang, Membuat Shyla menoleh tanpa memutar badannya yang di gunakan sebagai tumpuan Alya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara besar yang menyebut namanya dari arah belakang, Membuat Shyla menoleh tanpa memutar badannya yang di gunakan sebagai tumpuan Alya.  Abdi di sana yang entah bagaimana ia bisa datang kesini.

"Boleh gue" Abdi melirik ke arah Alya yang berada di pelukan Shyla.

Shyla menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk.

"Al, Hey... ada Abdi" panggil Shyla dengan suara paling lembut.

Perlahan pula Alya mmelepaskan diri dari pelukan Shyla. Mengusap air matanya dengan asal sebelum akhirnya menatap Abdi.

Wajah Abdi berubah pias, meringis menatap wajah Alya yang dipenuhi oleh air mata. Sedalam itu ketakutan yang ia tahan beberapa hari untuk mengungkap kasus ini sendirian. Ditambah pemandangan Bram dan Kiara yang semakin lengket setiap harinya. Entah bagaimana keadann mental Alya bahkan ia masih berdiri tegar setelah bertarung sendirian di ruang kepala sekolah tadi. Gadis yang tidak ingin menunjukkan kelemahannya padahal ia membawa jurang kematian yaitu gerd dan darah rendahnya setiap saat kemanapun.

"Abdi Maaf soal--"

"Minum dulu" Abdi menyodorkan botol air mineral pada Alya.

Shyla mundur perlahan, sepertinya Abdi butuh waktu dengan Alya. Kebetulan juga tangis Alya mereda, begitu lebih baik dari pada keadaan Alya tadi.

"Thanks" Alya berjalan mencari tempat duduk. 

"Buat Lo, kalo sakit gak harus ke sekolah" kata Abdi menyodorkan air mineral untuk Shyla juga.

Langkah Shyla terhenti saat sebuah botol mineral menahan di hadapanhya. Padahal baru saja ia berbalik dan akan pergi dari sini.

"Hm,, gue liat grup sekolah tadi jadi kepikiran Alya. makanya langsung aja deh ke sekolah" Shyla tersenyum kaku.

"Udah save nomer gue kan? masih inget yang gue bilang?"

"i iiya sih tapi--" Pletak,, Abdi nyentil kening Shyla.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang