The Art of Remembering 🖤

944 112 21
                                    

I memorized you

~Alya~
.
.
.
.
.
.
.
.

Katanya tepat pukul 10 akan ada seseorang yang menjemput nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Katanya tepat pukul 10 akan ada seseorang yang menjemput nya. Setelah ini Alya tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya. Ia harus melupakan semua kenangan bersama Mama Vira, Bram dan teman-teman yang lain.

Setelah menahan semua gejolak di dalam dirinya, akhirnya saat di dalam kamar ini sendiri. Menunggu jam berjalan hingga sampai pada pukul 10 tepat malam ini, Alya menumpahkan segala nya.

Ia menangis sejadi-jadinya, membiarkan Anxiety nya merajalela. Membiarkan ia jatuh dengan kerapuhan nya. Setelah ini ia tidak yakin akan bisa memberikan sedikit jeda pada diri sendiri untuk bisa meluapkan apa yang ia mau.

Akan Di jual, menjadi budak sex, di bawa ke luar negeri, menjalani dunia yang benar-benar baru. Semuanya bergelung di kepala Alya.

"Seenggaknya Tuhan baik banget kasih Alya waktu untuk bisa ngerasain di omelin Mama, di sayang Mama, di peluk Mama. Abis ini Alya mau Mama bahagia kembali sama cinta sejati Mama" ia mengusap air mata di pipinya.

Kemudian Alya meremas dada kirinya yang terasa nyeri sekali. Mengingat sosok Bram. Mengingat bagaimana Bram menjahilinya, memanjakan, menyayangi juga melindungi Alya.

"Kalo abis ini dunia kamu rasanya beda banget, jangan noleh kebelakang. Jalanin aja yah" katanya dengan sesegukan.

"Shyla gak jahat. Dia cuma ngikutin semua kemauan Tante Noura"

"Jaga Shyla kayak kamu jaga aku. Seenggaknya pastiin Shyla baik-baik aja itu cukup bikin aku tau kalau kamu selalu cinta sama aku" lagi-lagi Alya mengusap air mata di pipinya.

"Jangan berantem terus. Belajar pake sosmed yang bener biar gak norak lagi" Alya sedikit tertawa hanya sedikit.

Ingat saat Bram bahkan tidak tahu bahwa emoticon ada berbagai macam bentuknya.

Di tengah tangis nya yang tak juga reda. Namun gemetar dan gejolak di jantung nya sudah sedikit reda, Alya dikagetkan dengan ketukan pintu dan suara bel.

Ia menarik nafas dalam berkali-kali. Mengusap air matanya. Ini saatnya ia harus segera pergi dan mengikuti apa yang takdir pilih.

Ceklek.

"Alya!"

Tubuh Alya hampir ambruk saat sebuah pelukan tiba-tiba menerjang.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang