Tempat Baru🖤

3.2K 420 48
                                    

Semua yang keliatan nyaman, pasti ada ruwet yang gak keliatan

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Deal yang ini ya Mas. Bisa langsung di pake hari ini kan ?"

"Oh bisa mas. Semua sudah siap saya urus begitu mas hubungi saya tadi malam"

"Kalo gitu tambahannya saya transfer ke rekening yang tadi malam ya"

"Baik. Saya tinggal dulu Mas"

Abdi mengangguk.

"Rumah udah gede gede. Harta gak habis tujuh tuturan. Ketimbang beli apartemen buat dirinya sendiri aja kaga gablek amat" sebelum AC di nyala kan Rama mematikan rokok pada asbak di atas meja tamu.

Abdi dan Rama seharian ini di sibukkan dengan memilih apartemen mewah. Apartemen untuk tempat tinggal Bram dan Bintang. Sebenarnya almarhum kakek Bram sudah punya mansion sendiri tapi bukan di kota ini. Maka mau tidak mau Bram harus membawa Bintang ke tempat yang aman dan nyaman di kota ini.

"Rusuh banget Congor Lo" Abdi menjatuhkan diri di atas sofa yang begitu empuk. Dengan hawa dingin dari AC.

Seharian melewati gedung gedung. Dengan cuaca panas. Dan banyak yang di tolak oleh Bintang. Gadis itu benar benar cerewet. Sampai akhirnya mereka mendapatkan yang sesuai dengan keinginan Bintang.

"Telpon Bram sana" titah Abdi, seperti biasa ia akan tertidur dengan posisi duduk.

"Iye! Panas banget lagi ni kota. Heran gu----" pergerakan Rama terhenti. Ia menatap Abdi yang sudah memejamkan mata.

"Bangsat!! Lo kenapa nyuruh nyuruh gue sih! Mau aja lagi gue" lah si Rama baru nyadar 🤦🏻‍♀️

Abdi mengendikan bahu dan kembali memejamkan mata. Ngantuk rasanya. Dia butuh tidur paling gak 10 menit lah.

➖➖➖➖➖

"Kakak kok mau sih sama Abang. Orangnya kasar gitu. Suka berantem. Musuhnya banyak" keripik kentang menemani Bintang bercuit.

Alya yang fokus nyetir. Sesekali di buat terkekeh dengan celotehan Bintang. Kadang Bintang tiba-tiba minta Mama Vira di bagi dua. Kadang juga jelekin Abang nya sendiri seperti barusan.

"Gue denger"

Kebetulan yang di omongin lagi merem di jok belakang. Bram gak bisa tidur semalam. Banyak hal yang ia fikirkan. Jadi kali ini ia menyerahkan kemudi pada Alya.

Bintang mencibir dengan celetukan Bram.

"Iya sih Abang kamu jahat. Kak Alya juga suka takut tuh kalo ngamuk nya kambuh. yah, Biarpun jahat. Tapi Abang sayang kamu kan. Kalo gak sayang, masa iya kemarin nolongin Bintang terus sekarang beli apartemen buat kalian tinggal" Bram tersenyum di belakang.

Jawaban Alya secara tidak langsung membuat Bram bersemu.

"Iya juga sih hehe" cengir Bintang.

"Nanti kalo Bintang punya pacar harus yang bisa jagain kayak Abang yah" titah Alya.

Lelaki di belakang itu. Dalam lelap matanya, ia membanggakan diri.

"Gak ada. Cuma gue yang bisa jagain Lo. Lo gak boleh punya pacar" nyaut aja.

"Apaan! Enak bener Lo ngatur gue. Kalo gue jatuh cinta gimana ?!" Sungut Bintang.

"Masih kecil ngomong cinta. Tau apa Lo" ini debat mata Bram masih merem loh.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang