Malam Acara 🖤

1.3K 146 33
                                    

Sebelumnya, tidak ingin ku dengar bising dunia.
Saat dengan kamu, gemar sekali ku dengar suara mu.

~Dari Bram untuk sebuah Diam~

.
.
.
.
.

Mau minta maaf banyak banyak ya, kenapa lama bet baru update.
I think I have something strange from my mental soul.
Aku harus lebih sering mengajak diri berdamai.
So, if I disappear then let me have a discussion with myself.
Aku minta maaf untuk itu, dan terimakasih untuk setiap pengertian yang berharga 😊🌹

.
.
.
.
.
.
.
.

Di bab ini aku nulisnya agak panjang yah, karena aku fikir disini puncak dari segala rahasia yang aku pun juga baru tahu.
(Lah kok bisa?)
Jadi kalian bacanya bisa sambil masak mie rebus dua bungkus terus makan terus pup terus laper makan lagi terus,,,, yah terserah kalian terus mau apa lagi masa aku yang ngatur sih ah pun dong.
.
.
.
.
.
.

.
.

Billy dan Bram yang baru saja keluar dari ruang ganti sangat syok melihat penampilan ring yang sudah di ubah sedemikian rupa. Ring bukan lagi di lingkari oleh pembatas tali seperti biasanya. Kali ini ada kawat besi yang menjulang tinggi seolah menutup dan mengepung siapapun yang masuk ke dalamnya.

"Anjing! Gini banget" seru Billy.

"Siapa nama penantangnya?"

"It's fucking name"

Bram menoleh pada Billy di samping. Ada nada kekecewaan pada Billy. Ia merasa di jebak. Melihat dari banyak nya peraturan dan keanehan bahkan pada bentuk ring kali ini.

"Siapa?" ulang Bram.

"Dah. Gak usah Lo tanding. Biar gue balikin semua uangnya tar gue cari-cari buat tambahan nya"

"Tambahan?" Bram memiringkan kepala.

"Mereka ngasih bayaran buat Lo sama buat gue dipisah. Alasannya bayaran manajer biar gak motong bayaran pemain. Tapi kalo sampe Lo batalin pertandingan ini. Gue harus balikin duit mereka dua kali lipat"

"Lo setuju?" kening Bram berkerut tajam.

Billy menoleh pada Bram dengan tatapan tidak terima.

"Lo yang nyuruh gue terima, tai! Lo lupa. Hah"

Bram menarik nafas. Menghadap kedepan kembali terlihat tenang meski juga ada terselip perasaan tidak enak kali ini.

"Siapa nama yang bayar?" ulang Bram.

"Sugeng Dimitri"

Bak mendengar suar gelegar petir di tengah siang bolong panas terik. Mata Bram mencincing menoleh menatap Billy.

Bokap Alya. Batin Bram seketika berucap.

"Kenapa? Lo kenal? Musuh Lo? Batalin aja kalo gitu"

"Gak usah. Gue mau lanjut"

Lagi-lagi Bram menghela nafas panjang. Menyiapkan diri menatap lurus ring yang kini posisi bahkan bentuknya sudah berbeda. Bram melangkah dengan pasti.

Kalo ini perasaan tidak enak juga seketika tertular masuk merambati hati Billy. Seiring langkah Bram mulai membuka pintu gerbang ring. Hingga Bram tepat berada di dalam dan musuh mulai memasuki tempat yang sama.

Mata Billy mencincing melihat pintu masuk ring yang mulai di kunci bahkan sampai di gembok. Ia langsung berlari mendekati tembok yang berbentuk jaring-jaring terbuat dari kawat besi itu.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang