Menjauh🖤

3.6K 434 52
                                    

Mati-matian Minta dirinya bisa di hargai orang lain tapi sendiri nya gak mau menghargai diri sendiri.
Salah satu bukti kalau manusia itu makhluk paling egois. Menyalahkan orang lain untuk kesalahan diri sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Al, tutup jendelanya udah Malam" seru Mama dari luar saat melewati kamar Alya, tak sengaja melihat jendela terbuka.

"Ck"

Decak Alya. Memutar bola matanya jengah. Seharian ini Alya mager banget. Dari pulang sekolah kerjaannya cuma rebahan di atas kasur. Baru kali ini Alya mager sampe gak nyentuh novel nya sama sekali. Dan sekarang Alya lagi menikmati ngeliat bulan dari jendela kamar. Rumah Alya memang tingkat. Tapi ini jenis rumah sederhana yang tidak begitu luas. Ukuran tanah yang apa adanya membuat Mama Vira harus mengakali nya dengan membuat rumah ini jadi lantai satu dan dua. Lantai dua isinya cuma kamar Alya sama ruang untuk jemuran.

"Alya, ayo dong sayang. Masa dari tadi Mama pulang kerja posisi kamu masih gitu gitu aja. Seenggaknya bantu tutup jendela kamu aja lah, Nak" Mama Vira berdiri di ambang pintu.

"Iya Mah, ini juga mau berdiri" Alya bangkit dengan begitu berat nya.

Mama Vira masih berdiri di ambang pintu. Menunggu anaknya menutup jendela dengan benar.

"Mama gak jadi berangkat malam ini ?" Alya kembali duduk di bibir kasur.

"Jadi. Paling jam 8an di jemput mobil kantor. Kenapa ? Mau ikut ?"

Alya menggeleng. "Engga deh. Alya di rumah aja"

"Yaudah kalo gitu Mama packing dulu. Kamu Inget cek semua pintu jendela sebelum tidur. Soalnya Mama mau minta tolong Bram temenin kamu tapi nomer nya gak aktif" Mama Vira sudah melangkah pergi.

Mata Alya membulat sempurna dengar omongan Mama barusan. Yakali Mama sekarang jadi hoby banget titipin Alya ke Bram. Padahal dulu dulu juga mentok di titipin ke pak erte. Cuma yah, sebenarnya Alya berharap nya kejadiannya kayak di rumah sakit. Tapi sayang kata Mama nomer nya gak aktif.

Alya meraih ponselnya di atas nakas. Tidak ada notif selain pesan atau chat yang menurut nya gak penting. Penasaran dengan sesuatu Alya membuka room chat yang sedari pagi belum ia balas.

"Harusnya udah gue duga kalo gue cuma target balas dendam" helaan nafas Alya terasa berat setelah membaca ulang isi pesan Bram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harusnya udah gue duga kalo gue cuma target balas dendam" helaan nafas Alya terasa berat setelah membaca ulang isi pesan Bram.

Entah salah dibagian mana nya. Nyaman yang terlalu cepat bisa selalu berakhir menyakitkan. Paling menyakitkan lagi adalah....

"Gue balik" Bram melangkah meninggalkan Alya.

Tampang datar. Tanpa ekpersi. Kemudian berbalik dan melangkah pergi. Rasanya sakit sekali. Sakit yang tidak bisa di katakan. Karena ujungnya juga pasti Alya yang salah. Siapa suruh nyaman secepat itu. Mungkin kali ini bisa jadi kisah paling menyakitkan untuk Alya. Melebihi dari di selingkuhin sebelum jadian sama Arga.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang