Mengenal Bram🖤

3K 415 94
                                    

"Pagi cantik"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pagi cantik"

"Astaga!!"

"Gimana ? Udah enakan gak badannya ?"

Setelah pingsan semalaman dan baru bangun pagi ini. Alya di kagetkan dengan seseorang di samping nya. Di tatap kayak gitu cuy, siapa yang gak kaget. Ia melihat ke sekeliling. Mengumpulkan nyawa sebentar sebelum akhirnya ia sadar ini kamar Bram di markas. Bukan kamar nya dan syukur nya juga bukan kamar rumah sakit.

"E eeh Ngapain ?" Bram ikut bangkit melihat Alya bangkit.

"Pulang. Makasih bantuannya" kata Alya cuek.

Gadis itu meraih tas selempang nya. Ponselnya dan Bram menahan pergelangan tangan Alya. Membuat mereka saling berhadapan dengan posisi Bram yang menggenggam tangan Alya.

"Gue mau balik. Permisi" Alya bahkan tak melihat ke arah Bram. Gadis itu hanya tertunduk setiap bertatap dengan Bram.

"Gak gitu dong, Al. Lo tadi malem pingsan loh" Alya ke kanan Bram ikut ke kanan. Alya ke kiri Bram ikut ke kiri.

"Gue udah gapapa"

"Alya" panggil Bram.

"Ck. Minggir dong Bram. Gimana gue lewat kalo kayak gini terus" Alya berhenti. Capek juga kanan kiri Mulu dari tadi.

"Liat gue"

"Gue mau balik" kekeh Alya. Ia mendorong Bram dengan lengannya.

"Gue bilang liat gue Alya!" Tekan Bram.

"Apa. Lo mau bentak gue lagi ? Iya ?" Tantang Alya menatap lurus pada sorot mata Bram.

Shit. Bram di ajak flashback lagi ke pagi yang sama kemarin. Rasa bersalah yang menyakitkan. Dan rasa takut yang menyeramkan.

"Engga, Al. Gue minta maaf gue kelepasan" suara Bram merendah. Ia memohon dengan sangat pada gadis berharga di hadapannya.

"Gue males ribut. Gue pengen balik" Alya kekeh ingin melepaskan tangannya tapi Bram terus menahan.

Baru Bram akan memohon lagi. Namun, suara dering ponsel membuat mereka menoleh pada sumber suara. Ponsel Bram berada di atas nakas dekat mereka berdiri dan disana jelas tertulis nama.

Satyo Alaric 📞📞📞

Bram membuang wajahnya ke lain arah. Hal itu tak luput dari pandangan Alya. Ada luka di sana.

"Angkat, sapa tau penting" karena panggilan itu berkali-kali dan semakin mengganggu.

"Al, gue minta maaf. Kemaren---"

"Bram. Angkat dulu. Siapa tau penting" lupakan soal maaf. Panggilan itu seperti nya lebih penting.

"Oke kalo itu mau Lo" Bram langsung melepaskan tangan Alya.

Perkataan Bram barusan seolah seperti hal berat yang harus ia pilih.

Ia berdiri menghadap keluar jendela. Menggeser tombol hijau dan memencet tombol loadspeaker.

si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang