Menyelesaikan 🖤

1.1K 125 23
                                    

Kata orang hidup itu tentang perjalanan.
Menjalani apa yang takdir sudah garis kan.
Tapi tidak banyak juga malah memilih berhenti menjalani, menyerah tentang teka-teki takdir.
Nyatanya hidup bukan cuma sekedar menjalani, tapi juga menyelesaikan.
Menyelesaikan apa yang sudah di mulai.

Setelah perjalanan panjang dengan lika-liku yang dramatis juga malam-malam pilu dari seorang Ayah yang hanya bisa menyaksikan kesaktian putri nya dari sisi lain sudut ruang. Akhirnya hari ini Sugeng Damitri melangkahkan kaki menuju sebuah pintu yang selama beberapa hari ini tak berani ia ketuk.

Vira mengusap pundak lelaki yang sejak dulu ia cintai bahkan hingga detik ini. Satu-satunya lelaki yang menjadi Ayah kandung putri nya.

"Alya menantikan kamu selama ini, Mas"

Sugeng menarik nafas dalam. Pedih sekali membayangkan kembali keluarga mereka harus berpisah bertahun-tahun lamanya. Saling tersiksa dalam belenggu rindu dan penyesalan tiada akhir.

"Aku merasa tidak pantas untuk sekedar berdiri di depan Alya, Vir"

"Mas"

"Bahkan setelah aku menikahi mu sekali lagi beberapa hari yang lalu tanpa memberitahu terlebih dahulu Putri kita. Aku semakin merasa hina dan tidak tahu diri untuk gadis kecil itu"

"Kedatangan mu kembali adalah hal yang selalu Alya impikan. Ia bahkan rela menukar nyawanya demi menyelamatkan mu dan juga Bram bahkan yang lainnya malam itu"

Sugeng mengangguk, ia tahu benar bahwa malam itu Alya banyak mengambil keputusan untuk bisa menghindarkan keganasan Noura terhadap yang lain.

"Buka pintu itu, Mas. Kamu dan Alya berhak meraih impian kalian yang selama ini tertunda"

Dengan menarik nafas dalam dan mengumpulkan lagi tekadnya. Sugeng mula menggenggam gagang pintu kemudian sedikit ia putar hingga pintu benar-benar terbuka.

Di dalam, Bram sedang menyisir rambut Alya. Bersamaan dengan yang lain menikmati makanan mereka.

Saat pintu terbuka dan terlihat kehadiran Sugeng, Semuanya terkejut namun mencoba terlihat biasa saja. Bram menghentikan gerakannya menyisir rambut Alya, ia sadar untuk yang kali ini bukan ranah dirinya untuk ikut campur.

"Ada yang Dateng ya?" tanya Alya yang tampak kebingungan.

"Ada. Tenang ya" Bram mengusap punggung Alya dengan lembut.

"Sayang, maaf ya Mama baru datang" Vira langsung duduk disisi lain ranjang Alya.

"Eh Mamaaaaaa, masih inget punya anak iihh" rajuk nya dengan bibir cemberut.

"Ululuuuhh anak ini, Untung lagi sakit coba engga uuuhhh pen Mama sentil bibirnya"

"Diihh kasar!"

Meskipun seperti itu, mereka tetap tak melepaskan pelukan mereka. Emang ibu dan anak satu ini biasa banget debat nada tinggi tapi masih saling nempel.

"Eh Mama mau ngomong" Vira melepas pelukan mereka.

"Apa sih ibuu Vira" tekan Alya mengikuti gaya bicara Vira.

"Mmm,,,, Alya masih mau ketemu Papa gak?" tanya Vira dengan sangat hati-hati.

"Mmm,,,, Alya masih mau ketemu Papa gak?" tanya Vira dengan sangat hati-hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
si BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang