Prolog

1.1K 112 164
                                    

Bismillah

Hi, my name is Zahra. You can call me 'Zahra,' 'Zah,' or just call me 'Ra.' Atau mau buat panggilan sendiri, boleh. But don't call me 'Author' atau 'Thor.'

...Happy Reading...

Seorang laki-laki berusia tujuh belas tahun sedang membaringkan tubuhnya di sebuah kasur. Lelaki itu tampak sedang memandangi langit-langit kamarnya. Dari wajahnya, ia tampak sedang melamun.

"Allahuakbar."

"Allahuakbar."

Suara adzan membuyarkan lamunannya. Ia pun segera mengambil posisi duduk. Rasanya enggan sekali untuk turun dan mengambil air wudhu. Hingga suara pintu yang terbuka mengalihkan atensinya.

Suara pintu terbuka dan menampakkan seroang anak kecil yang saat ini sudah berada di samping laki-laki itu.

"Kak Addan," panggil anak kecil itu kepada laki-laki tersebut.

Ya, laki-laki tersebut bernama Addan. Nama lengkapnya adalah Addan Alzohri. Addan adalah salah satu santriwan di sebuah pesantren itu. Pesantren yang sangat terkenal bernama Pesantren Al-Baroqah.

"Hm," jawab Addan dengan dingin.

"Kak Addan, sekarang udah adzan."

"Iya, bocil, gue juga tau."

"Kak Addan enggak sholat?"

"Nanti."

"Tapi kalo sholatnya dilakuin nanti-nanti berarti Kak Addan termasuk orang yang lalai dalam sholat."

"Terus?"

"Kalo Kak Addan lalai dalam sholat nanti bisa celaka."

"Kata siapa?"

"Ada kok, Kak. Di Q.S Al-Maun ayat 5 dan 6."

Jleb!

Harusnya Addan tidak di meladeni anak kecil ini. Bagi Addan diceramahi anak kecil adalah suatu hal yang memalukan, apalagi usia anak kecil itu baru delapan tahun.

"Ya, udah pergi sana! Ini juga gue udah mau ngambil air wudhu."

Anak kecil itu pergi meninggalkan kamar milik Addan.

"Memalukan! Gue udah cukup malu berada di pesantren ini dan sekarang gue diceramahi anak kecil," gumam Addan.

Bagi Addan pesantren adalah tempat yang memalukan, karena bagi Addan orang-orang yang berada di pesantren adalah orang-orang yang tidak disayang oleh orang tuanya.

Bagaimana Addan bisa berpikiran seperti itu? Itu karena ada sebuah peristiwa yang terjadi sebelum ia berada di pesantren itu.

***

Di sisi lain, tepat di sebuah rumah papan bercat putih di pemukiman kota, seorang gadis cantik tampak sedang bersiap untuk pergi.

"Sayang."

Panggilan itu sontak membuat gadis itu memberhentikan aksinya. Ia pun menoleh ke arah orang yang tadi memanggilnya.

"Iya, Ibu. Ada apa?" tanya gadis itu kepada orang yang tadi memanggilnya.
Orang itu adalah ibunya.

"Hari ini kamu mau kumpulan rohis lagi?"

"Iya, Ibu. Sri hari ini mau ada kumpulan Rohis."

Sri? Ya, itu adalah nama gadis itu. Nama lengkapnya adalah Sri Veronika. Gadis yang sangat ramah dan patuh sekali kepada Guru, dan orang tuanya. Dia juga selalu menghargai setiap orang. Sangat bertolak belakang sekali sikapnya Sri dengan sikapnya Addan.

"Ya, sudah. kalau begitu kamu hati-hati ya." kata Ibunya.

"Iya, Ibu."

Sri kemudian melanjutkan aksi bersiapnya. Saat sudah selesai, ia langsung menyalimi tangan milik ibunya.

"Sri pergi dulu, ya, Ibu. Sri udah di tungguin sama Bintaya dan juga Ila. Assalamu'alaikum, Ibu."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatu."


Susi—ibunya Sri menatap punggung Sri yang perlahan menghilang dari pandangannya.

"Sri, kamu selalu bisa membanggakan Ibu dengan sikap kamu, tapi Ibu bahkan tidak bisa memenuhi keinginan terbesar kamu. Ibu tidak bisa memasukkan kamu ke sebuah pesantren."













*

**

Ini pertama kalinya , aku buat ceirta religi. Jadi mohon maaf sekali apabila ceritanya kurang menarik.

Btw, kalian tau cerita ini dari mana?

Rohis vs Gus Pesantren (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang