Hantu Kecoa

122 43 130
                                    

Sri sudah tiba di rumahnya, dan saat ia membuka pintu, ia sangat syok melihat sesuatu yang ada di hadapannya.

"Ibu!" pekik Sri.

Sri bergegas menghampiri Susi. Sri duduk sembari menatap wajah pucat milik Susi. Dengan penuh rasa panik, Sri menaruh kepala Susi di paha miliknya, sambil menepuk pelan pipi yang terasa hangat itu.

"Ibu, bangun, Bu! Ibu bangun! Sri mohon, Ibu, bangun!"

Keadaan Susi saat ini benar-benar mengenaskan. Terdapat darah di telapak tangan dan mulut. Susi seperti baru saja mengalami muntah darah.

Sri menangis tersedu-sedu.

***

Di sebuah rumah hantu yang ada di dalam wahana, Addan, Anam, Bintaya, Danas, dan Ila sedang memasuki sebuah rumah hantu. Mereka terus berjalan tanpa ada rasa takut sedikit pun.

Saat mereka sedang asyik berjalan, tiba-tiba ada seorang yang mengenakan kostum kecoa yang dibuat dengan seram muncul di hadapan mereka. Anam yang melihat kemunculan kecoa itu merasa sangat gemetar. Namun, ia sekuat mungkin memasang wajah datar walaupun kakinya gemetar.

Lama kelamaan, suasana di rumah hantu semakin mencengkeram. Semakin banyak saja hantu yang bermunculan dan mengganggu mereka. Walaupun mereka semua tau, bahwa hantu-hantu itu hanyalah sebuah kostum, tapi rasanya tetap menyeramkan.

Tiba-tiba hantu kostum kecoa berdiri tepat di samping Anam. Hantu itu memegangi tangan Anam hingga membuat Anam takut dan langsung berteriak. Anam menghepas kasar tangan hantu kecoa itu, dan tanpa sengaja ia memeluk Bintaya. Anak-anak lain yang melihatnya hanya senyum-senyum saja kecuali Addan yang tetap memasang wajah datar.

Perlahan, Anam melepaskan pelukannya. Saat pelukan itu lepas, kini mata Anam dan Bintaya saling bertemu.

"ANAAAMM, HANTU KECOA ITU ADA DI BELAKANG LO," teriak Danas.

Anam mengalihkan pandangannya ke arah belakang, dan benar saja hantu kecoa itu ada di belakangnya. Anam syok dan akhirnya ia pingsan.

"Eh, buset! Tuh, bocah. Perasaan enggak ada yang perlu ditakutin, deh, dari kecoa."

Anak-anak yang lain hendak menghampiri Anam. Namun, baru satu kali mereka melangkah, hantu-hantu lain yang lebih seram datang bermunculan. Hingga pada akhirnya mereka berlari secara terpisah. Danas dan Ila berlari bersama, sementara Addan berlari sendiri. Kini di tempat itu hanya tersisa Bintaya dan Anam. Tapi syukurlah hantu-hantu tadi sudah pergi.

"Yah, dia pingsan. Aku seret aja, deh," gumam Bintaya.

Bintaya menyeret tubuh Anam. Sesekali Bintaya berhenti sebentar untuk mengumpulkan tenaga, dan setelah usai mengumpulkan tenaga, Bintaya kembali menyeret tubuh Anam. Bintaya menyeret tubuh Anam hingga tanpa sengaja kepala Anam terbentur sebuah batu hingga menimbulkan benjol di kepalanya. Namun, berkat benturan itu, Anam tersadar dari pingsannya.

"Arrgh," raung Anam pelan sambil merasakan sedikit sakit di kepalanya.

Anam perlahan membuka matanya. Namun, semuanya masih tampak samar-samar. Yang Anam lihat hanya ruangan yang gelap.

"RUANGAN APA INIII! EMAAAK ANAKMU SUDAH TIADA MAAAK. INI GUE PASTI LAGI DI ALAM KUBUR." pekik Anam.

Bintaya yang mendengarnya langsung berhenti menggeret Anam. Kedua tangannya bergegas menutup telinganya.

Rohis vs Gus Pesantren (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang