Flashback

235 62 215
                                    

~☆~
Tidak perlu menunggu waktu sholat untuk berdoa dan bercerita soal masalah kita kepada Allah. Karena dua hal itu dapat dilakukan kapan pun. Percayalah, Allah itu maha mendengar.
~☆~

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi Addan masih tetap berada di kamarnya dari ia pulang sholat ashar tadi. Orang tua Addan sudah memanggil-manggil namanya untuk menyuruh Addan keluar, tapi Addan tidak menghiraukannya. Bahkan, pintu kamarnya sengaja ia kunci agar tidak ada seorang pun yang bisa masuk.

Tiba-tiba, Addan ingat perkataan seseorang tentang, saat kita sholat nanti kamu bisa cerita semuanya tentang masalah yang kamu alami kepada yang maha kuasa.

Itu adalah perkataan dari Edwin. Addan ingin sholat, namun waktu isya sudah lewat dari tadi. Padahal ia ingin sekali menceritakan masalahnya kepada, Allah. Karena itu akan membuat hatinya tenang.

Addan pun meraih ponselnya, dan mengirimkan pesan kepada Edwin.

From Addan
Edwin, gue pengen cerita masalah gue. Gue pengen cerita sama Allah. Gue pengen curhat dan berdoa kepada yang maha kuasa. Tapi sekarang belum waktunya adzan:(

Kurang dari 5 menit, Edwin membalas pesan dari, Addan.

Anaknya Wawan&Wiwin
Kalo kamu mau curhat dan berdoa sama Allah, kapan aja bisa, kok. Enggak mesti pas sesudah sholat doang.

From Addan
Ooh, jadi gitu. Oke, thanks!

Anaknya Wawan&Wiwin
Lain kali waktu di Pesantren, dengerin penjelasan ustad ataupun ustadzah.


Addan segera menutup ponselnya. Ia enggan membalas pesan terakhir dari Edwin.

"Dasar anaknya Wawan dan Wiwin, sempet-sempet pula dia ceramahi gue," gumam Addan.

Langkah selanjutnya yang dilakukan Addan adalah, menadahkan tangannya dan mulai berdoa.

"Ya, Allah, belakangan ini hamba selalu mengingat masa lalu hamba yang buruk. Dan ingatan itu membuat hamba merasa sedih hati, ya, Allah. Ya, Allah, hamba mohon kepada-Mu, bantulah hamba meluruskan masalah yang pernah terjadi dulu. Aamiin ya rabbal alamin," ujar Addan.

Lagi, mata Addan memanas. Sebuah cairan bening mengalir dari mata, Addan. Addan sedang menangis.

Flashback on

Suara tangis bayi pecah. Suara tangis itu adalah suara dari tangisan adiknya Addan yang baru berusia 3 tahun.

"Hahaha! Mankanya cepet besar biar permennya enggak gampang diambil," ledek Addan.

Addan adalah anak yang sedikit jail. Namun, dibalik kejailannya ada rasa kasih sayang yang sudah Addan tumbuhkan bahkan sedari kecil.

Adik kecilnya terus menangis, hingga membuat Addan lama-lama tidak tega melihatnya.

Addan berjalan mendekati adiknya, dan mengembalikan kembali permen yang semula Addan rampas dari adik semata wayangnya. Diusapnya rambut tipis adik mungil itu dengan penuh kasih.

"Maafin Kakak, ya. Kakak tadi cuman bercanda. Ini permennya Kakak kembalikan lagi."

Addan duduk dengan posisi kaki sila, menarik pelan adiknya untuk duduk dipangkuannya, sembari mencium sekilas pucuk kepala adiknya. "Jangan nangis lagi adik manis."

Rohis vs Gus Pesantren (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang