Mencari Uang Pinjaman

111 25 58
                                    

Sri kembali ke ruangan ICU. Saat dokter menyilahkannya masuk, ia langsung bergegas menghampiri Susi yang terbaring lemah dan masih belum sadarkan diri.

"Ibu, cepat sembuh, ya. Aku ingin liat ibu sehat lagi," lirih Sri.

Sri menundukkan kepalanya dan menangis tanpa suara. Air mata yang berusaha ia tahan, kini tak dapat lagi dicegah. Sekuat tenaga, Sri membungkam mulutnya sendiri dengan tangannya agar tidak ada satu isakan pun yang terlepas.

Mulut yang tertutup tangan itu bergetar. Mata itu sembab. Pipi itu basah karena terus dialiri air yang keluar dari matanya. Betapa ini menyakitkan bagi Sri. Adakah takdir baik yang masih berpihak padanya?

Tiba-tiba Sri merasakan pucuk kepalanya dibelai dengan sangat hangat. Sri kemudian segera menoleh.

"Ibu? Ibu udah sadar?"

Tidak ada jawaban dari Susi. Susi hanya memberikan sebuah senyuman.

"Sri seneng banget Ibu udah sadar."

Sri yang tidak dapat menahan kesenangannya itu, langsung segera bergegas memeluk tubuh Susi.

"Sri."

Sri langsung melepas pelukannya saat mendengar panggilan dari ibunya.

"Iya, Ibu."

"Ayo kita pulang ke rumah aja."

"Ta-tapi, 'kan, Ibu belum sembuh."

"Kita enggak punya biaya, Sri. Bahkan untuk bayar obat Ibu aja kita enggak punya biayanya."

"Enggak! Sri bakal bantu cari pinjaman uang supaya Ibu bisa berobat. Sri bakal balik lagi ke sini setelah Sri dapat pinjaman uang itu."

Tanpa menunggu jawaban dari Susi, Sri bergegas keluar meninggalkan Rumah Sakit.

***

Sri sudah mendatangi empat rumah untuk mencari uang pinjaman. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada seorang pun yang mau memberikan uang pinjaman untuknya. Alasannya karena mereka tidak mau meminjami uang kepada seorang pencuri uang sumbangan.

Sri kembali mengetuk sebuah pintu rumah. Ini sudah rumah kelima yang Sri datangi.

Tak lama kemudian, seorang pria  paruh baya keluar untuk membukakan pintu tersebut.

"Eh, kamu. Kamu anaknya bu Susi, 'kan? Kamu Sri?" tanya pria paruh baya itu.

"Iya, Paman," jawab Sri.

"Ada perlu apa, ya?"

"Paman, apa aku boleh pinjam uang untuk biaya berobat ibuku? Ibu kena TBC paman."

"Halah! Kamu kira saya percaya sama kamu? Palingan juga uangnya nanti kamu pake untuk kamu sendiri, 'kan? Lagi pula saya enggak mau kasih pinjaman uang ke pencuri uang sumbangan."

Pria paruh baya itu kembali masuk ke dalam rumahnya, dan langsung segera menutup pintu.

"Lagi-lagi aku enggak dapat uang pinjaman karena alasan yang sama. Padahal aku bukan pencuri. Itu semua hanya fitnah yang dibuat sama orang yang tidak aku ketahui."

Sri kembali berjalan untuk mencari pinjaman uang dari rumah ke rumah. Sri berjalan dengan pandangan mata yang memburam, akibat air mata yang terperangkap di matanya. Karena pandangan matanya yang memburam itu, Sri tidak sengaja menabrak seseorang.

Rohis vs Gus Pesantren (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang