Kodok

113 31 80
                                    

"Gus Edwin, kami pamit pulang dulu, ya."

"Iya, hati-hati."

Ila menatap lekat wajah Edwin. Paras tampan itu benar-benar membuatnya kagum. Untung saja Edwin tidak menyadari bahwa Ila sedang menatapnya, karena jika sampai ia menyadarinya, maka ia akan menceramahi Ila soal zina.

"Nam, kita jalan duluan aja, yok."  Danas yang sepertinya sudah tidak sabar untuk berada di rumah, memilih mengajak Danas pulang lebih dulu.

"Ya, udah, Nas."

Anam dan Danas berjalan duluan meninggalkan apatermen itu. Namun, baru saja mengambil beberapa langkah, Danas terjatuh gara-gara tidak sengaja menginjak sebuah kaleng.

"Kaleng enggak ada akhlak emang!"

Kesal terhadap sebuah kaleng yang tidak bersalah, Danas memilih melempar kaleng itu ke sembarang arah. Pada saat yang bersamaan, ada seekor angsa yang lewat, dan kaleng yang tadi dilempar Danas mendarat tepat di kepala angsa tersebut. Angsa tersebut marah, dan akhirnya mengejar Danas.

Danas yang panik langsung berlari sambil menarik tangan Anam.

"Woy! Lo gila apa? Lo yang dikejer angsa napa lo ngajak gue lari?" sewot Anam.

"Ah, banyak omong lo! Lari aja buruan!"

Anam dan Danas terus berlari dengan kencang. Namun, siapa sangka bahwa angsa itu masih bisa menandingi lari mereka.

"Kenceng juga angsa itu lari, kayaknya dia abis latihan lari maraton, deh," ujar Anam yang mulai ngawur.

Danas tidak menghiraukan perkataan Anam, ia terus fokus berlari.

Saat sedang berlari, Danas menemukan sebuah kolam ikan. Danas menyebur ke kolam ikan itu untuk menghindari kejaran angsa tersebut, dan itu berhasil. Kini angsa tersebut tidak mengejar Danas melainkan Anam.

"Wah, kayaknya gue harus cari tempat sembunyi juga."

Sambil berlari, Anam melirik ke kanan dan ke kiri mencari tempat sembunyi. Anam sampai tidak fokus dengan pandangan ke depan, hingga akhirnya ia tanpa sengaja masuk ke dalam tong sampah yang ada di depannya. Posisi jatuh Anam saat ini adalah dengan kepalanya masuk kedalam tong sampah dan kakinya terangkat. Namun, berkat masuk tong sampah tersebut Anam jadi tidak dikejar angsa lagi.

"Sembunyi, sih, sembunyi. Tapi enggak di tong sampah juga, elah!"

Saat mencoba untuk kekuar dari tong sampah tersebut, Anam merasakan sesuatu berjalan di pipinya. Anam mengambil sesuatu tersebut, dan dia mendapatkan tiga ekor kecoa di tangannya.

"Aaaaaaaa!"

Anam menjerit ketakutan, dan akibatnya salah satu kecoa itu nyaris masuk ke dalam mulutnya. Anam langsung cepat-cepat mengeluarkan kecoa yang sekarang sudah berada di lengannya. Anam bangkit berdiri, tapi tong sampah itu masih menempel di kepalanya.

Anam semakin panik sampai-sampai ia berlari terbirit-birit tanpa memedulikan tong sampah di kepalanya. Anam terus fokus berlari hingga tanpa sadar dia melewati Aini dan Vivin yang sempat berpapasan dengannya.

"Aini, tadi itu Anam bukan, sih? Ngapain coba lari sambil bawa-bawa tong sampah di kepala?" tanya Vivin.

"Udah gila mungkin," jawab Aini.

Rohis vs Gus Pesantren (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang